9 | neraka

3.3K 470 240
                                    

Yang nuduh Chandra dosa banget, sih. Soalnya dia beneran gak ada niat apapun. Ponsel dia lowbat sejak tadi dan dia butuh charger. Sebelum ketemu Jijel, dia emang udah rencana buat balik ke kos sebelum pergi main. Jadi setelah dia ketemu Jijel, jelas rencananya gak berubah sama sekali—kecuali kalau cewek itu bawa charger yang bisa dia pinjem karena hapenya udah mau sekarat.

Jujur, Jijel bersyukur karena Chandra gak secanggung kemarin-kemarin sama dia. Cowok itu bisa bikin atmosfer di antara mereka jadi tetep asik kayak sebelum kejadian di Bandung. Makanya selama di jalanan, dengan angin malam yang sama sekali gak bikin Jijel kedinginan, berada di belakang Chandra yang mengendarai Scoopy sama sekali bukan masalah. Jijel malah cenderung menikmati karena dia udah lama gak naik motor malem-malem begini.

"Si Jendra main billiard dimana emang?"

Jijel yang ngerasa Chandra ngomong sesuatu tapi tidak terdengar jelas jadi mendekatkan kuping ke depan. "Hah?!"

"Cowok lo!" Chandra agak teriak. "Main di mana?!"

"Main di mana?!"

"Iye! Elah, Budek."

"Di Molly dia."

Chandra cuman ber-oh ria sebelum kembali mengendarai dalam diam. Jijel sendiri juga gak minat buat banyak ngobrol. Dia beneran lagi menikmati suasana.

Gak butuh waktu lama sebelum kemudian motor berhenti di depan pagar kos lalu Chandra menggoyangkan Scoopynya.

"Gue turun?" tanya Jijel bingung.

"Iya, bukain pagernya."

Cewek itu nurut. Dia turun dari motor lalu berjalan menuju pagar hitam yang tidak digembok.

"Angkat dikit pagernya terus didorong."

Jijel mengikuti intruksi sampai pagar terbuka seluas motor lalu Chandra menyuruh cewek itu minggir biar dia bisa masuk garasi. Melihat Chandra mencopot helm dan menaruh di spion, Jijel bersuara.

"Ngapain, sih, dimasukin motornya? Kan cuman ambil charger."

"Main PS di kosan gue aja," Chandra menjawab. "Males bawa cewek ke markas."

Jijel mengernyit gak paham. Emosi juga karena kalau tahu Chandra gak kemana-mana, ngapain dia ikutan cowok itu, kan?

Dia mengekori Chandra naik tangga entah ke lantai berapa dan menarik kaos cowok itu dari belakang bikin Chandra protes.

"Jangan narik-narik, woilah."

"Gue ngapain ke kosan lo?"

Chandra garuk-garuk kepala. Tadi di jalan, dia kepikiran sesuatu. Membawa Jijel ke tempat main PS di mana banyak temannya berkumpul di sama jelas bukan ide yang bagus. Apa lagi teman-temannya tolol minta ampun. Yang ada, kalau dia ujug-ujug bawa perempuan, sudah pasti rumor gak jelas bakal disebarkan. Makanya dia mengurungkan niat dan memilih membawa perempuan itu ke kosnya.

"Terus ngapain ngajakin ke warnet kalau ternyata di kosan lo ada PS?" Jijel nyolot. "Lo ada rencana buruk, ya, ke gue?"

"Ya Allah, nuduh-nuduh. Kagak ada yang begituan, anjir. Terakhir kita khilaf, lo yang ngegodain gue duluan, mohon tidak pura-pura lupa."

Jijel langsung merapatkan bibir. Dia mendengus terus ngomong pelan. "Gue gak ngegodain, ya."

"Giwi gik ngigidiin, yi."

Cowok itu ketawa sambil ngehindar pas Jijel udah ambil ancang-ancang buat KDRT—buru-buru menutup mulut sendiri ketika dia di-ssstt sama salah satu penghuni kos yang ngeluarin kepala lewat jendela.

the plot twist.Where stories live. Discover now