12 | kerja kelompok

3.3K 574 165
                                    

Karina, tuh, gak ekspetasi beneran, deh, kalau tugas kelompok di salah satu mata kuliahnya membuat dia hampir gak punya waktu buat main. Karena kerja kelompok sialan itu pula, Karina jadi hampir 24 jam sama Sena kemana-mana.

Gini. Karena mereka diminta buat bikin diorama, akhirnya satu kelompok dibagi jadi dua lagi, Sena sama Karina dan Echan sama Jijel. Sena yang menolak buat dipasangkan sama Chandra, karena kalau kelompoknya cuman isi mereka berdua, yang ada gak ada kerjaan yang beres karena sama-sama gak ada niat ngerjain.

"Kalau ada cewek, kan, pasti ada yang ngingetin." gitu tambahnya.

Pagi sampai sore dihabiskan Karina buat di kampus karena jadwal kuliah dan ngejar bimbingan, yang mana itu pasti ketemu Sena. Sementara sore sampai malem dihabisin Karina buat nyicil tugas sama Sena di kafe. Kebayang gak, tuh, gimana bosennya Karina karena tiap hari dia begitu?

Karina sama Sena beneran gak ketemu cuman di jam tidur malem doang.

"Eh, Rin," Sena mencolek lengan Karina yang baru bangkit dari meja dan hendak pergi ke kantin sama Jijel. "Bahan yang kurang kemarin apa aja jadinya?"

"Banyak."

"Iya? Udah lo beliin belum?"

Mendengar itu, Karina jadi menoleh sebal. "Gue yang beli?"

"Lah, emang bukan?"

"Beli barengan, lah!" Karina sewot. "Gue juga gak paham sama bahan yang bagus kayak apa."

Sena jadi senyum penuh arti. Dicoleknya dagu cewek itu dengan tengil.

"Bilang aja demen jalan sama gue."

Chandra dan Jijel yang masih ada di sana jadi ngakak.

"Najis lu, Sen." komentar Chandra.

Sesuai kesepakatan, Sena jemput Karina di kampus jam setengah enam sore usai cewek itu selesai bimbingan. Jangan tanya Sena kenapa gak bimbingan, karena revisi yang dikasih dosen pembimbing dia aja belum dikerjain sampai sekarang.

Sena memberhentikan motornya di depan cewek itu lalu membuka kaca helm. "Ojek, Neng?"

Karina gak minat membalas, cuman menatap Sena datar.

"Lah, cantik-cantik budek," gerutu Sena. "Ayo cepet naik."

"Bentar. Nunggu Elang."

"Hah?"

Kaget, dong, Sena. Orang dia kira si Elang udah gak pernah urusan sama Karina, eh tahu-tahu malah mereka udah berinteraksi lagi di belakangnya?

"Ngapain, sih?" tanyanya dengan muka bete. "Mau ngikut kita emang? Ogah, ah."

"Napa?"

Masih nanya dia?

"Entar jadi kambing congek."

"Elo?"

"Si Elang, lah. Kan dia yang ngikutin kita pacaran."

Nyatanya, Elang menemui Karina cuman buat nganterin buku cewek itu yang dibawa Elang. Sena seneng, sih, soalnya dari cara Karina dan Elang ngobrol, dia tahu kalau mereka berdua udah gak punya urusan lagi, terlihat dari cara Karina yang malas menanggapi sementara Elang dengan tatapan bersalahnya.

Salah siapa selingkuh, ye, kan?

Oh, Sena jadi baru ingat kalau dia belum membicarakan soal Elang ke adiknya sendiri. Ingatkan dia buat marahin Yena karena bisa-bisanya nyari cowok tanpa lihat bibit, bebet, dan bobotnya.

Kayak gak ada cowok lain yang lebih jos aja.

**

Sena sengaja ngajakin Karina buat cari makan dulu karena dia tahu dari siang cewek itu belum makan. Setelah melipir di salah satu tempat yang menjual ayam geprek, mereka cari duduk di deket kipas angin karena makin sore bukannya makin adem, malah kerasa makin gerah udaranya.

the plot twist.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang