Couple

380 17 0
                                    


Di kastil inilah, Alena dan sahabatnya berada..

Siapa yang menduga bahwa kedua sahabat itu adalah mate dari dua bersaudara.

"Mate,, lama sekali bangun,, aku rindu" Arnold membelai anak rambut Alena .

Ini adalah hari ketiga, Alena belum sadar.
Gadis itu terlalu nyaman dengan dunia tidurnya.

Tok.. Tok...

"Kak.. Ka--

" Gimana kabar sahabat gue"
Quella menerobos pintu, lalu menatap sedih Alena yang berbaring di tempat tidur itu.

Arnold menghembuskan nafasnya berat.
Lalu menggeleng.

"Alena lo harus sadar hiks.. Hiks.. Lena"

Daxer merangkul gadis yang sudah menjadi istrinya itu beberapa hari lalu. Yah,, walaupun pernikahan harus dilangsungkan dengan memaksa Quella, namun,, Quella akhirnya setuju akan takdir yang harus dia jalani ini.

"Sayang tenangkan dirimu,, Kakak ipar pasti tidak apa-apa"
Hibur Daxer.

"Kalianlah yang membuatnya seperti ini"
Quella menatap tajam Arnold.

"Bawa pergi istri mu, aku sedang tidak ingin berdebat" ucap malas Arnold.

"Baik kak"

"Ayo Quella,, kita keluar" Daxer menggiring bahu Quella, namun langsung di tepis olehnya.

"Gue bisa sendiri"
Quella keluar dari kamar Alena dengan hati yang berapi-api.

"Kevin" lirih Alena yang membuat Arnold menaikkan alisnya.

"Kevin.. Kamu dimana? " sepertinya Alena mengigau.

"Andai kau tau mate,,, hatiku sakit mendengarnya" lirih pilu Arnold.

"Eunghh"

"Mate"

Alena membuka matanya perlahan , hal pertama yg dilihat nya adalah wajah khawatir Arnold.

Alena yang terkejut melihat Arnold pun langsung mendudukkan tubuhnya, dan menatap Arnold takut dan gemetar.

"P-pergi.. Pergi lo dari sini.. Pergi!" pekik Alena menutup telinganya sambil bergerak ketakutan seperti orang depresi.

"Mate" lirih Arnold yang mencoba menenangkan Alena, namun Alena semakin menghindari dirinya.

"Pergi.... Pergi.. Pergi.... Hikss....hikss... Pergi!!" Alena kembali membentak Arnold sambil memeluk kedua lututnya..

Brakk

Quella datang dengan wajah cemasnya, netranya langsung bertemu dengan Alena yang duduk memojok dan bergetar ketakutan.

"Alena" quella langsung menghampiri Alena dan memeluk sahabatnya yang ketakutan itu.

"Quella... Hiks... G-gue takut... Hiks..hiks.. gue takut, la" Alena mengeratkan pelukannya pada Quella.

"Kak, sebaiknya kakak keluar dulu" Daxer masuk secara tiba-tiba.

Arnold menatap sendu Alena yang ketakutan pada dirinya , sebelum akhirnya Arnold pergi bersama Daxer.

.
.

Dua hari kemudian...

Setelah kejadian pagi itu, Alena langsung mengerti tentang apa yang terjadi dengan dirinya dan Quella . Karena Ratu Alice, bunda Arnold dan Daxer , menjelaskan semuanya kepada Alena.

Namun, akibatnya Arnold dan Daxer sama-sama mendengus kesal atas keputusan bundanya, karena Alena dan Quella akan tidur sekamar untuk sementara waktu ini.

..
..

"Heh, Alena.. btw Lo belum pernah nyapa suami Lo kan?" Alena menatap datar Quella.

"Gak lah. Ngapain, males gue" ketus Alena yang kembali melanjutkan aktivitas menyiram bunga nya di taman kastil itu.

"Ck..ck... Ga boleh gitu Lo, ntar juga satu kamar" goda Quella

"Gila , otak lo mesum banget sih,, efek nikah kan" tuduh Alena

"Ehh,, enak aja lo. Otak gue itu dewasa bukan negatifan kayak yang Lo maksud" bela Quella..

Alena enggan mendengarkan celotehan Quella..

"Lena,, Alena" bisik Quella tiba-tiba serius

"CK,, apaan sih lo.. bisik bisik segala,," kesal Alena.

"Lo diliatin tuh sama suami Lo" ucap Quella sembari terkikik geli.

Alena langsung mencari objek yang dimaksud oleh Quella,, sampai akhirnya netranya menangkap sosok tampan nan elegan tersenyum ke arahnya sembari memegang cangkir teh di taman kastil.

Alena langsung memalingkan wajahnya dan berjalan masuk ke dalam istana.

"Aciee,,, salah tingkah yah Lo" goda Quella yang berjalan mengekorinya.

"Sstt.. diam Lo" kesal Alena.

Brakkk..

Tanpa sengaja, Alena menabrak seorang pelayan pria yang sedang membawa nampan berisikan teh panas di tangannya.

"Nona, saya minta maaf. Maafkan saya" pelayan itu menunduk takut kepada Alena.

"Alena Lo gapapa?" Ucap panik Quella menatap rok Alena yang basah terkena tumpahan teh panas.

"Iya... Gue gapapa" Alena membantu pelayan itu membersihkan barang yang jatuh.

"Saya benar-benar minta maaf Nona. Mohon, ampuni saya Nona"

"I-iya tidak apa-apa, lagipula ini salahku. Tidak apa-apa" ucap Alena sembari tersenyum meyakinkan pelayan bahwa dirinya baik-baik saja.

"T-terima kasih Nona. Kalau begitu saya izin melanjutkan aktivitas saya"

Saat pelayan itu beranjak melangkahkan kakinya, suara dingin Arnold membuat Alena, Quella terlebih pelayan itu tercekat.

"Aku belum mengizinkanmu pergi" Arnold berjalan mendekati pelayan yang sudah gemetaran itu.

"Aku tidak akan memaafkan mu karena telah mencelakai istriku" Alena menatap Arnold tidak percaya.

"Kau harus dihukum. Tunggu aku di aula kematian" setelah mengatakan itu, Arnold menyeringai kecil lalu meninggalkan ketiganya disana.

Pelayan itu takut setengah mati, Quella yang terkejut dan Alena yang dilema , antara ingin menangis, marah dan berteriak pada Arnold.

"Gue pikir enak jadi putri kerajaan, rupanya GK seindah yg gue bayangin" setelah berucap demikian Alena berlari menyusul Arnold.

..
..
..

Gosh of storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang