Confess

297 11 0
                                    

.
.

Sudah hampir setengah hari Alena berdiam diri di kamar ini.

Meringkuk di pojokan kamar sembari menangis tersedu-sedu.

"Alena, please...Maafin aku, aku cuma bercanda tadi" sesal Kevin yang membujuknya dari tadi.

"Bercanda lo gak lucu tau,, hikss.. Hiksss"
Kesal Alena yang sesegukan.

"S-sebenarnya, Kevin. " Alena menatap Kevin ragu.

"Kenapa hmm? " tanya Kevin membuat Alena meneguk salivanya susah payah.

"K-kamu... K-kamu waktu itu udah meninggal, gimana bisa hidup lagi? " tanya Alena polos.

Kevin tersenyum miring mengingat bagaimana dirinya bisa hidup kembali setelah tertancap pisau oleh Arnold.

"Sebenarnya,, aku.. Aku... Aku"

"Yak! Ngomong yang benar ! " kesal Alena memukul lengan Kevin.

"Aku punya nyawa kedua" ucapan Kevin membuat Alena melongo...

"Aku serius" kesal Alena

Kevin menatap lamat wajah Alena membuat Alena salah tingkah.

"K-kenapa? " tanyanya canggung

"Gapapa, aku senang bisa ketemu kamu lagi. Walaupun dalam keadaan yang berbeda"

Alena mengerutkan keningnya tidak paham maksud Kevin.

"Udahlah, jangan dibahas lagi. Ayo kita makan, kamu belum makan daritadi" Kevin mengalihkan pembicaraan.

"Gue gamau makan sebelum lo ngomong yang sebenarnya" keukeh Alena

Kevin menghela nafasnya dengan kekerasan kepala gadis dihadapannya.

Dengan satu hembusan nafas sambil memejamkan matanya Kevin mengungkapkan kenyataannya yang membuat Alena diam seribu kata.

"Aku vampir"

.
.
.

"Arghhhh, dimana baj*** itu" kesal Arnold setelah seharian mencari Alena namun tidak menemukannya juga.

"Kakak, tenanglah dulu. Kita pasti akan menemukan kakak ipar" Daxer menatap Arnold cemas.

"Bagaimana jika dia melukai mateku, bagaimana jika mateku... Hikss"

Daxer menoleh cepat ke arah Arnold yang menangis.

"Hei, kakak.. Apa kau menangis? " Daxer tersenyum menahan tawanya.

"Rupanya seorang Arnold Skydarsson yang disegani oleh semua orang bisa menangis juga hanya karena seorang gadis" kekeh Daxer membuat Arnold menatap tajam adiknya.

"Dia mateku! " sinis Arnold membuat Daxer kembali tertawa.

.

"Tolong!! Tolong!! Tolong aku!! Siapa saja tolong! " kedua bersaudara itu menoleh kearah sumber suara.

Terlihat seorang gadis sedang berlari terbirit-birit sembari mengangkat gaunnya yang terlihat panjang.

Brughhh

"Akhhh" ringis gadis itu saat lututnya terluka karena tersandung akar pohon.

Daxer dan Arnold menghampiri gadis yang sedang meniup lututnya yang terluka.

Gadis itu berhenti meniup lututnya dan mendongak menatap Arnold dan Daxer dengan tatapan kagetnya.

"S-siapa kalian" tanyanya ragu

Saat netranya bertemu dengan netra Arnold, Arnold tampak terkejut.

Daxer yang melihat perubahan wajah kakaknya pun bertanya.

Gosh of storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang