Fever

147 8 0
                                    

.
.

"Engh" Alena membuka matanya perlahan sambil mengumpulkan nyawanya.

Alena sadar, dia sedang berada di atas kasur empuk dengan guling di atas perutnya??

Tunggu! Apa? Guling!?

Alena menatap perut nya dan melihat sebuah tangan kekar melingkari perut ratanya.

Alena menyampingkan badannya sehingga dapat menghadap suaminya yang sedang tertidur sepenuhnya.

"Dia sangat tampan" Alena mengulas senyum tipis , tangannya terangkat mengusap surai pria di hadapannya.

Deg..

Alena menghentikan pergerakan tangannya disusul oleh pudarnya senyum tipisnya.

Kejadian menyakitkan itu kembali,, Alena tidak bisa menahan rasa sakit hatinya saat setiap kali terbayang wajah ayahnya yang tersenyum manis seolah-olah sedang menatapnya.

"A-ayah..." Alena sadar dirinya kembali menitikkan air mata,, Alena segera memunggungi Arnold, dirinya tidak mau Arnold terbangun karena Isak tangisnya.

Demi apa!? Sangat sakit saat menahan Isak tangis yang ingin keluar itu!

Alena meringkuk, tangannya meremat selimut dan tangan yang lain meremat dadanya yang terasa sesak.

"Ayah...maafin Lena,,,maaf...maaf" Alena memang menangis, tapi dirinya tidak mengeluarkan suara hanya air mata yang mengalir deras dari pelupuk matanya.

Alena semakin mengeratkan rematannya pada selimut saat merasakan dadanya semakin sakit, rasanya seperti tertusuk oleh ribuan jarum. Sungguh! Alena tidak bohong!

Tubuh Alena bergetar, bantal yang menjadi tumpuan kepalanya mungkin sudah memberat karena air matanya yang berjatuhan sangat deras.

Greb...

Tubuh Alena menegang sejenak saat merasakan seseorang memeluknya dari belakang, yaps.. itu adalah Arnold.

Arnold sudah bangun, Arnold memutar tubuh Alena agar menghadap sepenuhnya ke arahnya.

"Jangan menangis terus, mate. Ayah pasti sedih melihat mu terus menangis seperti ini..hmm?" Arnold mengusap air mata yang menetes di wajah istrinya.

Bukannya berhenti menangis karena ucapan Arnold, gadis itu malah semakin menangis kejar.

"Aku rindu ayah..ahhh...hhh..hiksss .. Aku mau ketemu ayah..hikss.... Arnold aku mau ayahhh..hikss" Alena menangis kejar dalam dekapan Arnold.

Arnold hanya diam, dirinya tau seberapa berarti sebuah keluarga bagi Alena, apalagi keluarga satu-satunya yang ia punya setelah ibunya meninggal hanyalah ayahnya, namun pria itu malah meregang nyawa saat pertemuan pertamanya dengan Alena, setelah sekian lama keduanya tidak pernah bertemu.

"Sudah... Mate.... jangan menangis lagi," Arnold mencium pucuk kepala Alena berulang kali sambil mengusap surai panjang gadis itu.

"Kamu bisa memukul ku untuk meluapkan kesedihan mu, itu akan membuat mu merasa lebih lega" ucap Arnold.

Alena malah menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik suaminya.

Gosh of storyKde žijí příběhy. Začni objevovat