Marry me!

357 15 0
                                    


"Arnold tunggu! " Arnold menoleh kearah Alena lalu tersenyum manis.

"Ada apa mencariku, hmm? " Arnold menyelipkan anak rambut Alena ke belakang telinga Alena.

"J-jangan.. Jangan membunuh dia, pelayanan itu" ucap Alena yg terengah-engah karena berlari tadi.

"Hmmm, biar aku pertimbangkan dulu. "

Arnold tampak menimbang ucapan matenya itu.

"Tidak." Ucapnya singkat, yang mampu membuat Alena menghela nafas pelan.

Alena sudah kehilangan akal untuk membujuk Arnold, sampai akhirnya muncul ide di dalam otaknya itu.

"Aku tau ini ide gila,, tapi harus bagaimana lagi" batin Alena

"A-aku... a-aku akan menuruti perintahmu, asalkan jangan bunuh dia" ucapnya penuh kegugupan..

"Ku mohon" ucapnya penuh harap kepada pria berwajah dingin dan tatapan datar itu.

"Baiklah. Aku akan mengabulkan permintaan gadisku, tapi berjanjilah untuk mengikuti semua perintah yang aku berikan padamu" Arnold tersenyum menang saat melihat anggukan kepala Alena yang pasrah.

...
...

Arnold benar-benar menepati janjinya,, dirinya tidak memperdulikan tentang pelayanan itu lagi.

Sekarang Alena sedang dilanda overthinking atas idenya yang ia curahkan melalui pria dingin itu.

"Kamu benar akan menuruti semua kemauanku? " Alena berasa sedang diinterogasi di dalam kamar seorang pria.

"Iya"

Bolehkan dirinya jujur? Jika boleh Alena akan mengatakan "TIDAK!" kepada Arnold.

"Bagaimana jika aku mempunyai tiga keinginan? " Alena meneguk salivanya susah payah, Arnold benar-benar pandai memanfaatkan kesempatan.

"B-baiklah" pasrah Alena. Lagipula tidak ada lagi yang bisa dirinya lakukan selain menepati janjinya.

"Menikah denganku" Alena tidak terkejut, ia tau ini pasti akan terjadi.

"Baiklah" Alena mengangguk patuh membuat hati Arnold bergejolak senang.

..
..

Hari pernikahan

Semuanya sudah lama dipersiapkan oleh Arnold untuk pernikahan yang sudah lama dirinya nanti-nantikan.

Seluruh penghuni kastil sibuk dengan tugasnya masing-masing.

"Ehh, ada pengantin baru " goda Quella pada Alena yang menatap pantulan dirinya di cermin besar di ruang hias itu.

"CK. Diam Lo" ketus Alena

" Jangan marah-marah dong mbak, ntar gaun pengantin nya jadi kusut loh" canda Quella

"Ha....ha....ha..... Gak lucu" ucap Alena mengejek Quella kesal.

"Sayang, kamu udah siap?"

Keduanya sama-sama menoleh ke sumber suara dan terlihat Daxer tampan memakai jas hitamnya sambil tersenyum ke arah Quella.

"Aduh,,, suami gue bikin klepek-klepek deh"

Alena menatap jijik Quella

"Alay banget Lo" ketus Alena

Tanpa memperdulikan Alena, Quella meraih genggaman tangan suaminya lalu melambai ke arah Alena dan pergi dari situ.

"Dadah... Lena,, gue pergi dulu"

"Kami tunggu di aula , kakak ipar"

Alena hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan sahabat dan adik iparnya itu.

"Hufhh" dengan satu tarikan dan helaan nafas, Alena melangkah keluar ruangan hias menuju aula diiringi oleh Ratu Alice yang sudah menunggunya.

Altar

Sekarang, dihadapan Alena ada seorang pria yang berfungsi seperti pendeta pada umumnya,, dan disamping Alena ,ada Arnold yang tampak tampan memakai jas hitam dengan mawar merah di saku jasnya.

"Suami gue kalau diliat liat ganteng juga " batin Alena menatap calon suaminya itu.

"Kenapa menatapku seperti itu, hmm?"

Alena malu setengah mati karena tertangkap basah sedang menatap wajah pria dingin itu.

"G-gak kok.. s-siapa juga yang natap kamu?" Elak Alena sembari memalingkan wajahnya.

Arnold hanya tersenyum melihat gelagat matenya itu.

Setelah pengucapan janji pernikahan, Alena dan Arnold juga sama seperti pengantin pada umumnya. Mereka menyapa para tamu undangan,, yang pasti tamunya yang tak lain adalah para makhluk imortal.

"Duh.. kaki gue pegal banget sih,, pake ni high heels. Nyusahin banget nih sepatu" gerutu Alena sambil memijat betisnya yang terasa pegal.

"Sayang, kaki kamu kenapa? " Ratu Alice menatap khawatir dengan Alena yang meringis sembari memijat betisnya.

"Ehh,, Bunda Ratu,, Alena gapapa kok. Cuma pegel dikit" senyum Alena meringis.

"Kalau capek, kamu istirahat aja di kamar. Ayah dan bunda akan mengurus para tamunya " ucap Franklyn .

Mata Alena melebar seketika, saat mendengar kata 'kamar' pikiran-pikiran negatifnya mulai muncul dimana-mana.

"Ehh, ga usah kok yah,, Alena masih kuat" Alena tersenyum seketika, walaupun hanya senyum paksa untuk meyakinkan kedua mertuanya itu.

"Tidak apa-apa Lena, tidak usah sungkan. Sekarang kamu juga keluarga kami, nak" ucap Ratu Alice dengan senyuman teduhnya.

"Hadehh,, ini gada yang paham maksud gue apa! Masalahnya itu kamarnya! Di kamar!" Batin Alena memaki kesal..

"Arnold, kemari nak" Arnold yang ntah darimana langsung berjalan kearah ayahnya.

"Mampus gue" batin Alena

"Sekarang kamu bawa istri kamu ke kamar, dia butuh istirahat. Para tamu,, biar kami yang akan mengurusnya " ucap Raja Franklyn membuat Alena menghela nafas pasrah.

Arnold menatap Alena sekilas,, Arnold melihat wajah istrinya yang murung. Istrinya memang butuh istirahat, pikirnya.

"Baik ayah , kami pamit dulu"

Alena pasrah saja saat Arnold membawanya pergi dari situ.

Alena be like : Yahh mau gimana lagi ,, udah nasib jadi pengantin baru :)

Kamar.....

Alena melongo saat melihat kamarnya dihiasi dengan berbagai macam bunga,, dan jangan lupakan tempat tidurnya yang ditaburi kelopak bunga mawar merah.

"Baguss banget " kagum Alena tanpa ingin memalingkan pandangannya.

Arnold terkekeh mendengar ucapan polos dari istrinya.

"Aku tau kamu pasti suka"

Alena tidak mendengar ucapan Arnold karena sibuk mengagumi keindahan kamarnya.

Sampai akhirnya, Arnold mengucapkan sebuah kalimat yang membuat Alena mati kutu .

"Ini kamar pengantin baru. Ini kamar kita, mulai sekarang kamu harus tidur sama aku. Gaboleh sama Quella lagi"

Alena menggigit bibir bawahnya,, ini terlalu ekstrim bagi pikiran negatifnya.

"Tidurlah. Aku tau kamu capek. Aku mau mandi dulu" setelah berucap demikian, Arnold langsung melenggang ke kamar mandi, menyisakan Alena yang dihantui overthingking malam pengantin.

..





Gosh of storyWhere stories live. Discover now