Arnold's plan

228 9 0
                                    

.
.

"Quella, berhenti. " Daxer mencekal tangan Quella yang berlari semakin jauh dari kastil.

Quella menoleh kearah Daxer dengan buliran air mata yang menetes membasahi pipinya.

"Aku ingin bertemu dengan Alena.. hikss... Hikss.."  Quella menumpahkan tangisannya di dada bidang suaminya yang sedang menatapnya sendu.

"Tenangkan dirimu sayang, kita pasti akan menemukannya. Jangan menangis lagi, hmm?" Daxer menangkup wajah Quella dan tersenyum tipis.

"Kalau begitu, ayo kita pergi cari Alena" ucap Quella yang menatap Daxer dengan wajah sembabnya.

"Kita pasti akan mencarinya, tapi kita harus kembali ke kastil dulu. Bunda pasti sedang cemas sekarang, kita akan mencarinya. Aku berjanji" Quella menerbitkan senyuman sembari mengusap air matanya.

"Janji ya"

Daxer mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking istrinya dan tersenyum simetris.

"Aku berjanji"

.
.
.

"Kevin kemana sih, dari tadi gak keliatan" gerutu Alena yang mencari Kevin ke penjuru rumah sebesar istana ini.

Alena terus melangkahkan kakinya menyusuri setiap ruangan di istana ini.

Braggg

"Arghhh" Alena meringis saat bahunya ditabrak secara kasar oleh seorang gadis yang baru saja berlari keluar dari ruangan di hadapannya.

"M-ma-maafkan aku.. a-aku.. hiksss ..hiksss" tubuh gadis itu bergetar hebat, air matanya mengalir deras membasahi wajahnya.

"Hei,, kenapa menangis? Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu" ucap Alena menenangkan gadis bersurai panjang dengan manik mata cokelat indah itu.

"A-aku.. a-aku,,, hikss... Hikss" gadis itu malah semakin menangis keras membuat Alena bingung sekaligus penasaran dengan apa yang terjadi pada gadis itu sebenarnya.

Ceklekk

Ruangan di depan mereka berdua terbuka dan muncullah sosok Kevin dari balik pintu itu dengan penampilan acak-acakan.

Alena mengernyitkan dahinya.

"Sedang apa Kevin?"  Batin Alena menatap bingung Kevin yang tidak menyadari kehadiran nya.

"D-dia... Hiksss .... D-dia yang sudah..hikss"
Alena mengalihkan pandangannya kepada gadis di sampingnya yang bergetar ketakutan saat melihat Kevin.

"Dia? Kevin maksudmu? Kenapa dengan Kevin?" Tanya Alena semakin penasaran

"D-dia sudah mengambil m-mahkotaku" ucapnya lemah.

Deg....

Tubuh Alena membeku seketika mendengar pernyataan gadis disampingnya.

Pertanyaan demi pertanyaan muncul dalam pikirannya.

"Benarkah Kevin berbuat demikian?"

"Tapi Kevin tidak sebejat itu"

"Mengapa Kevin melakukannya?"

"Alena" lamunan Alena buyar saat Kevin memanggil namanya dengan tatapan dingin dan menusuk .

Gadis itu bersembunyi di punggung Alena, membuat Alena terkejut.

Tubuh Alena bergetar dan dilanda ketakutan.

"Mengapa menatapku seperti itu?" Kevin yang sudah berada di hadapan Alena menaikkan alisnya melihat tatapan takut Alena.

"Apa yang kau lakukan pada gadis ini" Alena meremat dresnya dan menatap nyalang kearah Kevin yang sedang menyeringai.

"Kenapa? Kau tidak suka? Aku melakukan ini semua karena dirimu" ucap Kevin tepat di depan wajahnya.

Alena melebarkan matanya, Alena mengeraskan rahangnya.

Plakkk

Satu tamparan keras mendarat di wajah mulus Kevin.

Gadis yang bersembunyi dibalik tubuh Alena terkejut setengah mati.

Kevin meraba pipinya yang terasa kebas dan langsung menatap tajam kearah Alena.

"Kenapa kau sangat bej**. Beraninya kau merenggut mahkota gadis lain secara tidak terhormat seperti ini"

Kevin hanya menatap dingin Alena yang memakinya.

"Kau... K-kau.. kau bukan Kevin yang aku kenal. Aku membencimu!"

Setelah mengatakan demikian, Alena menarik tangan gadis disampingnya dan beranjak pergi dari sana.

"Seharusnya kau bersyukur Alena, aku tidak mengorbankan mahkota mu" Kevin beranjak dari sana , melangkahkan kakinya dengan santai.

.
.

"Kenapa semakin rumit saja,, aku bisa gila mencerna semua rencana kalian" Daxer terkekeh melihat Quella memegang kepalanya pening setelah mendengar ini semua adalah rencana Arnold.

"Tenanglah Quella,, kau pasti bisa memahaminya nanti" Daxer mengusap lembut surai milik istrinya.

"Mia bahkan bisa memahaminya sekejap saja, masa dirimu tidak" ucapan Daxer mendapatkan tatapan sinis dari Quella.

Sedangkan Mia, gadis itu hanya terkekeh pelan melihat pasutri dihadapannya.

Flashback on

"S-siapa kalian?" Tanya Mia ketakutan

Saat netranya bertemu dengan netra Arnold, Arnold tampak terkejut.

Daxer yang melihat perubahan wajah kakaknya pun bertanya.

"Ada apa kak? "

"D-dia.. ....  . Mateku" ucap Arnold tiba-tiba, yang mengundang keterkejutan Daxer.
Sementara gadis itu hanya menatap mereka bingung.

"Dia matemu? Bukannya matemu adalah kakak ipar?" Bingung Daxer

"Tentu saja! Tapiii,, aku mempunyai rencana untuk menemukan mateku" ungkap Arnold yang tak melepaskan pandangannya pada Mia.

"Rencana ? Rencana apa?" Gumam Mia

.

"Kau harus berpura-pura menjadi mateku. Aku akan menyebarkan berita palsu bahwa mateku yang sebenarnya adalah dirimu, itu akan membuat istri ku kembali"

Mia dan Daxer sama-sama terkejut dengan rencana Arnold.

"Aku keberatan Pangeran Arnold. Kau membahayakan keselamatan ku " bantah Mia

"Benar kak, Mia akan menjadi incarannya" jawab Daxer

"Ikuti saja kata-kata ku" ucap Arnold menaikkan sudut bibirnya.

Mia dan Daxer saling bertukar pandang sebelum akhirnya mereka membawa Mia ke kastil.

POV :  Mia adalah putri dari Jordan dan Velicia, namun kedua orangtuanya meninggal, yang Mia sendiri tidak tahu siapa pelaku yang membunuh orang tuanya. Mia datang untuk bertemu pamannya yang bekerja sebagai pemimpin utama perang di Kastil milik Franklyn , tapi ditengah hutan malah bertemu dengan babi hutan. Dan berakhir bertemu dengan Arnold dan Daxer.

Mia tahu mengenai kedua pangeran Kastil Sydarsson itu, tapi Mia tidak pernah melihatnya secara langsung.

Gosh of storyDonde viven las historias. Descúbrelo ahora