An accident

45 3 2
                                    


....

Pagi hari di mansion Arlen


Alena turun dari kamarnya menuju ruang makan. Disana Arnold sedang duduk di salah satu kursi makan dengan sepotong roti dan segelas putih.

Alena bingung, pria itu diam saja saat Alena melewatinya begitu saja.

Mungkin Arnold masih marah.

Alena pun hanya diam, enggan menyapa duluan. Ibu hamil itu bergerak meraih gagang kulkas dan mengambil bahan makanan untuk memasak sarapan.

Suasana mansion pagi ini sunyi, antara Arnold ataupun Alena, keduanya tidak ada yang mau bertegur sapa lebih dulu.

Keduanya sama-sama mementingkan ego

Srek....

Arnold berdiri setelah menyelesaikan sarapannya. Selang beberapa detik, terdengar langkah kaki Arnold meninggalkan area meja makan.

Setelah langkah Arnold tidak lagi kedengaran, Alena membalikkan badannya, menatap punggung suaminya yang mulai menjauh.

Alena menghela nafas, merasa bersalah atas sikap Arnold. Mungkin perkataannya tadi malam terlalu menyakitkan bagi suaminya, tak seharusnya dia berbicara begitu 'kan?

"Akhhh" desis Alena saat telunjuknya mengeluarkan cairan pekat warna merah karena irisan pisau yang digenggam nya.

"Sakit... " lirih nya, tak terasa air matanya menetes, ntah karena perih telunjuknya atau perih hatinya..

Selesai masak

Alena duduk sendiri menghadap meja makan dengan semangkuk sup buatannya.

Alena menyendokkan supnya kedalam mulut, tiba-tiba air matanya menetes saat mengingat perlakuan Arnold yang sangat berbeda dari biasanya.

Arnold mengabaikan nya, Arnold tidak menyapanya atau memeluknya di pagi hari, bahkan saat Alena terjaga tadi malam, dia tidak menemukan ada Arnold disampingnya.
Ntahlah, kemana pria itu pergi...

Bibir Alena bergetar disertai air matanya yang kian deras mengalir, tak peduli jika air matanya akan masuk kedalam mangkuk sup.
Ntah karena sesakit itu perlakuan Arnold atau sesensitif itu seorang ibu hamil.

Pagi itu Alena menangis sejadi-jadinya didepan meja makan.

....

Alena menelusuri jalanan kota dengan kardigan dan rok panjangnya tak lupa rambutnya yang tergerai bebas.

Alena berhenti tepat di sebuah bangunan berdominan warna putih.

Rumah sakit Bunda

Alena mengeratkan pegangannya pada tali selempang di depan dada.

Dengan yakin, Alena memasuki ruangan rumah sakit. Mengingat hari ini dirinya harus melakukan pemeriksaan pada dokter kandungan.

Cek lek...

"Permisi dok"

"Silahkan masuk" jawab dokter dari dalam ruangan

Alena berjalan menghampiri sangat dokter yang sudah menunggunya.

"Silahkan duduk Nyonya Alena" seorang dokter cantik dengan senyum manisnya menatap Alena.

"Terimakasih dok" Alena duduk di depan meja dokter, dokter Faya.

"Anda sendiri Nyonya? " tanya Dokter Faya seraya menulis sesuatu di kertasnya

"I-iya dok" jawab Alena dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan. Pikirannya tiba-tiba melayang pada sosok Arnold yang seharusnya mendampingi nya untuk periksa pagi ini.

Gosh of storyWhere stories live. Discover now