Bagian 10. Kapten Araz

698 54 0
                                    

Siang ini, tim basket putra SMA Harapan II dan SMA 01 Jaya sedang bersiap-siap melaksanakan pertandingan pertama mereka dipenyisihan grup dalam ajang Honda DBL DKI Jakarta Series 2023 yang berlangsung di lapangan Indoor Senayan Jakarta. Kedua tim sekolah ini sebelumnya pernah bertemu dalam ajang Jakarta Challanges Series 2022 lalu. Namun, SMA Harapan II lah yang kala itu memenangkan pertandingan dan memberikan peluang untuk berlaga dipertandingan selanjutnya. Kali ini mereka dipertemukan lagi, namun dalam komposisi pemain yang berbeda dari sebelumnya.

Para pendukung dari kedua tim, baik dalam sekolah maupun luar sekolah hampir memenuhi kursi penonton di gedung lapangan Senayan Jakarta. Adu yel-yel oleh pendukung yang didominasi oleh suara perempuan sangat riuh. Aksi cheerleader dari masing-masing sekolah mengawali berlangsungnya pertandingan. Setelahnya, para pemain basket dari kedua tim memasuki lapangan pertandingan. Hal itu membuat suara para pendukung semakin ramai meneriaki nama jagoan mereka masing-masing. Sayup-sayup juga terdengar alunan musik yang menyemarakkan suasana siang ini.

"Araz!!!!!!!"

"SMA II bisa. Go..., gooo..., goooooo!!!!"

"SMA 01 Jaya the best!!! Aaaaa, kalian bisa!!!"

Bunyi peluit wasit menandakan dimulainya pertandingan. Suasana di gedung Senayan kembali riuh. Bunyi drum yang dipukul serta nyanyian yel-yel dari para penonton tak berniat dihentikan. Gesekan sepatu pemain di atas lapangan menunjukkan betapa sengitnya pertandingan. Beberapa kali suara penonton heboh karena tim jagoan mereka berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Skor kedua tim saling mengejar.

Di bangku penonton nampak Ibu Mawar tak henti-hentinya memberikan semangat dan dukungan penuh untuk Araz dan teman-temannya. Sementara itu, Sava juga turut hadir. Namun, ia lebih memilih untuk berkutat dengan ponselnya dan saat penonton lain berkata, "Hei, itu Araz? Tangannya udah sembuh, ya? Kok dia bisa main, sih?" tanyanya, yang membuat Sava mengalihkan pandangannya dari ponsel menuju lapangan.

"Enggak tahu juga. Tapi tangannya terlihat baik-baik aja. Gue yakin dia pasti kesulitan bermain hari ini," terang penonton lain berbagi informasi yang ia ketahui.

Kali ini Sava ingin sedikit peduli dengan pertandingan yang di kapteni oleh Araz itu. Dia mengarahkan pandangannya pada pertandingan cukup lama tanpa beralih fokus pada ponsel. Malah ia memilih memasukkam ponselnya ke dalam tas tangan miliknya.

Sava menghela napas panjang. Pandangannya tak luput dari Araz yang sedang berusaha merebut bola dari pemain lawan. Dari awal, Sava memang tidak setuju Araz ikut bermain. Mereka bahkan sempat beradu mulut sebelumnya. Sava takut tangan Araz yang belum sembuh total itu malah semakin memburuk.

"Bu Sava lihat, kan? Araz dan teman-temannya bermain penuh semangat hari ini. Aku yakin kesempatan menang terbuka lebar." Ibu Mawar tak henti melayangkan senyum cerianya melihat aksi Araz di tengah lapangan.

Sava berusaha tetap tenang meski hatinya kadang melawan. "Ya, semoga saja."

"Tapi... Bagaimana dengan tangannya?" Ibu Mawar tersenyum masam.

"Itulah yang aku pikirkan sekarang," jawab Sava. Kegelisahannya makin bertambah.

Di bangku penonton sebelah timur, nampak hadir kepala sekolah dan Haris. Kedatangan mereka tak lain untuk mendukung Araz dan teman-temannya memenangkan laga pertama. Di gedung bermuatan empat ribu penonton itu juga hadir beberapa pelatih handal dari masing-masing klub dengan nama yang sudah tenar di Jakarta dan juga luar daerah. Kedatangan mereka bukan semata ingin menyaksikan pertandingan, namun mereka tak ingin melewatkan begitu saja aksi para pebasket muda yang memiliki bibit unggul.

Pada akhir babak kedua pertandingan, keberuntungan belum berpihak pada tim SMA Harapan II. SMA 01 Jaya berhasil memimpin skor. Para pendukung tim SMA Harapan II terlihat kecewa. Namun, mereka tak berhenti menyemangati, seolah menyalurkan kekuatan pada masing-masing jagoan mereka. Mulai dari yel-yel, sorakan, dan juga kata-kata penyemangat. Tak sedikit juga dukungan diberikan pada pelatih Tomas yang nampak frustasi dengan hasil di babak kedua. Pria yang mengenakan topi hitam dengan tulisan SMA Harapan II itu sepertinya harus berpikir ekstra keras untuk menghadapi babak selanjutnya.

Ms. Sava My Schatzi [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang