Bagian 23. Selamat Tinggal

833 54 0
                                    

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, dokter menyatakan bahwa Araz mengalami pendarahan otak. Pembengkakan otak yang begitu hebat di sisi kanan membuat Araz harus segera di operasi untuk pengangkatan darah dan memberikan ruang untuk otaknya yang bengkak.

Operasi itu sudah berlangsung hampir tiga jam. Mama Linda menatap pintu ruang operasi dengan kedua mata terpejam. Sava yang masih setia berada di samping Mama Linda turut merasakan kesedihan itu. Dia berharap operasi Araz berjalan lancar dan Araz bisa segera sadar kembali.

Tidak berselang lama, beberapa orang berseragam polisi datang. Mereka mengatakan sudah menemukan pelaku yang sengaja membuat Araz dan motornya terpental. Orang itu bernama Rio Irawan. Polisi mengatakan bahwa Rio telah mengakui kesalahannya. Polisi juga menjelaskan bahwa Rio sengaja membuat rem motor yang ditunggangi Araz blong. Atas kasus itu, Rio terjerat pasal pidana dan harus menjalani masa tahanan karena dengan sengaja ingin menghilangkan nyawa seseorang.

Sava, Mama Linda dan teman-teman Araz yang baru saja mengetahui kebenaran itu sangat terpukul. Sava sendiri tidak menyangka bahwa Rio adalah dalang dibalik kecelakaan yang hampir menewaskan nyawa Araz.

Aufar menatap lekat ke arah Bu Sava. "Bu Sava, bisa kita bicara sebentar?" tanyanya.

Sava mengangguk setuju. Kini ia dan Aufar tengah berada di ujung lorong rumah sakit. Tempat itu cukup sepi dari lalu lalang orang-orang.

"Saya dan juga teman-teman yang lain sudah mendengar kabar perpisahan Bu Sava dengan Araz. Tante Linda dan Papa Gunawan juga sudah menceritakam kebenaran itu pada kami semua," kata Aufar.

Sava tidak berkata apa-apa. Dia hanya menundukkan pandangannya dalam keheningan, seolah-olah ingin mengenyahkan perih yang ia rasakan.

Aufar kembali menambahkan, "Seandainya Araz tidak mengalami kecelakaan, dia pasti melarang saya mengatakan ini pada Bu Sava."

Sava mengernyit samar kepada Aufar. "Apa maksud kamu, Aufar?"

Aufar menghela napas sejenak sebelum akhirnya berkata, "Selama ini Araz sudah banyak berkorban demi Bu Sava. Dia menahan rasa sakit itu sendirian demi melindungi Bu Sava."

Sava terhenyak di tempatnya.

Aufar kembali melanjutkan, "Rio sudah tahu mengenai hubungan kalian berdua. Sejak saat itulah Rio mulai mengusik Araz dan mengancamnya."

Sava kembali terhenyak. "Apa? Kenapa Araz tidak pernah mengatakan itu pada Ibu?"

"Araz sengaja tidak memberitahu Bu Sava karena dia tidak mau Bu Sava merasa terbebani dengan ancaman Rio. Araz tidak mau Bu Sava dikeluarkan dari sekolah karena ketahuan menikah dengannya. Apakah Bu Sava tahu, demi menutup mulut Rio dan demi menjaga posisi Bu Sava tetap aman di sekolah, Araz rela menurunkan harga dirinya menjadi pesuruh Rio dan teman-temannya. Dan yang lebih memprihatinkan lagi, Araz diam saja saat dipukuli Rio dan teman-temannya. Saya dan teman-teman yang lain tidak bisa berbuat apa-apa karena Araz melarang kami ikut campur," ungkap Aufar panjang lebar.

Setelah mendengar penjelasan Aufar, Sava memegang dadanya yang terasa sesak. Dia tidak menyangka Araz sudah melakukan begitu banyak untuknya.

Aufar menambahkan, "Saya tidak tahu pasti kenapa Araz tiba-tiba memutuskan ingin berpisah dengan Bu Sava. Tapi Araz pernah mengatakan pada saya kalau dia adalah makhluk paling menyedihkan yang pernah ada di muka bumi ini karena dia tidak pernah bisa membuat Bu Sava jatuh cinta kepadanya. Dia selalu pesimis dan merasa tidak pantas bersanding dengan Bu Sava. Tapi saya yakin, jauh di dalam lubuk hatinya, Araz sendiri tidak mau berpisah dengan Bu Sava karena saya dan teman-teman yang lain yakin kalau Araz sangat mencintai Bu Sava. Kalau dia tidak mencintai Bu Sava, dia tidak mungkin berkorban sampai sejauh ini demi Bu Sava."

Ms. Sava My Schatzi [Completed]Where stories live. Discover now