"Yang kau jaga hari ini, bisa saja pergi di esok hari atau hari yang akan datang. Jangan pernah berlebihan, karena cinta juga memiliki batasan." - Pinasti Ayudiana.
"Cinta juga tidak harus bersatu untuk selamanya, bisa aja perpisahan yang menciptaka...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Happy Reading All (｡'▽'｡)♡
.· · ─────── ·❁ཻུ۪۪⸙· ─────── · ·. ★☆✯
44. Flashback
Flashback on...
Hari terus berputar bagai bumi yang setia mengelilingi porosnya. Begitu juga dengan rumah tangga Reka dan Cellyn. Anak yang sekarang tengah ia kandung semakin besar. Bagai membawa beban hidup. Reka juga harus ekstra dalam menjaga Cellyn. Apalagi Cellyn pasti juga mengidam layaknya kebanyakan ibu hamil. Tapi, ia suka berpikir terlebih dahulu sebelum ia memintanya pada Reka. Takutnya ia merepotkan suaminya itu. Apalagi, Reka sangat sibuk akhir-akhir ini, karena ada proyek di Kalimantan. Tetapi, Jay sudah memutuskan orang lain untuk bolak-balik Kalimantan. Tentu saja, ia tidak akan membiarkan Reka melakukan itu, apalagi Cellyn tengah hamil cucu pertamanya.
Kini Reka tengah berkutat dengan laptopnya sejak dari tadi malam di ruang tamu. Ditemani secangkir kopi yang selalu setia menemaninya.
"Reka," panggilnya.
"Hm?"
"Aku ngidam es matcha." cicitnya.
"Bentar, gue save dulu ke laptop." Reka terlihat mengotak-atik laptopnya.
"Sekarang," pinta Cellyn lagi.
Reka menghembuskan napasnya kasar. "Ya udah, gue beli dulu."
Reka mulai memanaskan motor ninjanya dan pergi mencari es matcha yang tadi Cellyn minta. Sesampainya di kafe, Reka pun mulai memesannya.
"Es matcha satu."
"Oke!"
Menit segera berlalu. Reka menerima pesanannya dan memberikan uang pada barista tadi. Kemudian, segera pergi. "Mas, kembalinya!"
"Ambil aja!"
Reka pun menancapkan gas dan meninggalkan area kafe. Tibalah ia di rumah. Reka menyodorkan es matcha tadi pada Cellyn. "Nih,"
"Makasih," ucap Cellyn sambil tersenyum.
Reka pun hanya berdeham dan kembali melanjutkan aktivitasnya. Tapi, semua itu berubah. "Kok pahit?"
"Matcha kan rasanya emang kayak gitu, Lyn." balas Reka.
