50. Go To Canada

22 3 28
                                    

Happy Reading All (。’▽’。)♡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading All (。’▽’。)♡

.· · ─────── ·❁ཻུ۪۪⸙· ─────── · ·.
★☆

50. Go To Canada

"Lo beneran mau ke Kanada kah, Rek?" celetuk Ajo.

Reka membuang napasnya kasar sambil menendang batu kerikil yang berada di hamparan jalan setapak taman. Kini, Reka, Ajo, dan Dikta sedang berlari pagi. Saat ini, keduanya tengah jalan santai, setelah berlari kecil sejauh satu kilometer dari rumah Reka ke taman. Ia juga mengusap keringat yang jatuh dengan sapu tangan berwarna kesukaannya yaitu biru, yang setia melingkar di lehernya.

"Iya,"

"Mau ngapain lo di sana? Gak ada siapa-siapa juga kan?" tanya Dikta seraya meneguk botol air minum kemasannya.

"Ternyata, masih ada orang tua dari Papa gue, Ta. Paling, gue mampir ke sana dulu. Semoga aja mereka masih inget sama gue." balasnya.

"Mereka emang tau betul, apa yang terjadi sama lo dan Papa lo?" sela Ajo.

Reka mengacak-acak rambutnya dan mengaca di spion motor orang lain sambil merapikan helai rambut hitamnya. "Tau," Kemudian, kembali melanjutkan aktivitas jalan santainya.

"Mereka tau kalau lo mau ke sana?" sahut Dikta seraya memelintirkan kemasan botol airnya dan melempar ke tong sampah. Untungnya, masuk tepat ke dalamnya.

"Kagak. Ya, biar kejutan aja,"

"Kapan berangkat?" Ajo melirik ke arah Reka.

"Palingan ..., minggu depan lah,"

"Oh, terus–"

Tiba-tiba saja, alarm Dikta berbunyi alias perutnya mengeluarkan suara, seakan para cacing di dalam perutnya sedang mengadakan demo. Reka dan Ajo menoleh ke arah Dikta. Sementara, sang empunya hanya memasang raut wajah berseri-seri.

"Ngapa lu? Laper apa kebelet berak?" tanya Ajo.

"Laper,"

Reka menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkah Dikta tadi. "Kayaknya sekilas gue lihat, ada tukang bubur deh. Ke sana yuk. Lagipula, tadi kita juga gak sempet sarapan."

Ketiganya berjalan menuju tukang bubur yang terparkir di sana. Tempatnya juga cukup ramai. Untungnya, ketiganya mendapatkan tempat duduk. Setelah memesan, mereka saling mengobrol ria sembari menunggu bubur jadi. Saat bubur sudah tiba, mereka membaca doa terlebih dahulu dan menyantapnya dengan pelan-pelan, karena buburnya masih hangat.

PINASTI AYUDIANA Where stories live. Discover now