🔹️15🔸️

689 69 12
                                    

Jungkook melangkah dengan tergesa menuju ke depan pintu apartment 1305, dari balik pintu yang terbuka Jimin muncul dan mempersilahkannya masuk. Mereka mengobrol singkat dan mulai membahas tentang Taehyung.

Jimin melihat wajah Jungkook yang kusut, matanya yang sembab dan aura kesedihan yang terasa begitu mencolok.

Jungkook tertunduk sedih sambil meremat tangannya sendiri dengan cemas, ia mengangkat wajahnya dengan hati-hati saat Jimin basa basi mulai menawarkan secangkir teh hangat dan kudapan.

"Terima kasih karena sudah menelponku hari ini Jimin hyung-- "

"Tidak masalah, Jungkookie"

Jimin terdiam beberapa saat ketika Jungkook sedikit melamun dan bingung ingin mengatakan sesuatu, tapi seolah kata-katanya telah tersangkut di ujung lidahnya. Jungkook menatap dengan wajah murung.

Si tetangga mencoba mengerti situasi kacau yang sedang terjadi, ia mencoba untuk memahami masalah mereka dan tidak  menghakimi Jungkook, ataupun menyalahkannya atas apa yang terjadi kepada Taehyung.

"Aku sangat kaget saat melihat Taehyung menangis di parkiran dan mengatakan bahwa ia tidak mau pulang dan ia bilang ingin menginap di rumahku. Dan.... ---Semalam Taetae  sudah menceritakan semua masalahnya kepadaku" Jimin mendesah lelah dan menatap Jungkook dengan lembut. "Kamu tidak usah cemas Jungkookie, dia hanya shock dan perlu menenangkan diri"

Jungkook sedikit tercengang, ia langsung tertunduk sedih dan kembali meremat tangannya sendiri dengan gelisah.

"A-aku... sudah salah Jimin Hyung, semua ini karena aku....Taetae hyung sedih karena aku...a..aku sudah me-ngacau.."

Suaranya bergetar. Jungkook tak bisa lagi membendung airmatanya, ia memalingkan wajah dan langsung menutup wajahnya dengan kedua tangan, bahunya bergetar saat berusaha meredam tangisannya yang pilu,

Jimin terenyuh dan menatap Jungkook dengan iba, ia mengigit bibirnya, lalu memberikan pelukan simpatik kepada Jungkook. Ia mengusap punggung Jungkook dan melepaskan pelukannya saat suara Jungkook mulai terdengar tenang.

Jungkook menyekah air matanya dengan tangan, dan ia tersenyum getir saat menatap Jimin.

"Kamu jangan menyalahkan dirimu Jungkookie, -- kita tidak bisa memilih dengan siapa kita jatuh cinta, --"

"Aku harus bagaimana Hyung?"

"Kamu datang ke sini untuk bicara dengan kakakmu, bukan?"

Jungkook mengangguk dengan wajah sedih, "Iya hyung"

Suara langkah kaki muncul dan Taehyung muncul dan melihat Jungkook duduk mengobrol bersama Jimin.

Saat tatapan mereka bertemu, Taehyung melotot dengan nyalang, wajahnya menampakkan  guratan ekspresi terkejut yang begitu jelas.

"Jungkookie..."

Jimin melihat Taehyung yang berjalan menghampiri Jungkook dengan tergesa, napasnya memburu, dan dadanya kembang kempis karena menahan rasa amarah.

"Kamu...--kamu mau apa lagi Jungkookie!!-- kamu sudah mencuri pacarku!!-- kamu sudah menghancurkan semua mimpi-mimpiku bersama Seokjin!!-- kamu menggodanya--dasar jalang!!!!"

Taehyung berteriak, membentaknya sambil menangis dengan wajah yang  sangat tersakiti. Jungkook hanya terdiam, pasrah mendengarkan Taehyung yang memakinya-makinya dengan keras

"Taehyung!!--cukup!! Kendalikan dirimu"

Jimin menarik lengan tangan Taehyung dan mencegahnya maju dan berhenti bersikap lepas kendali meluapkan kekecewaannya pada Jungkook dengan mengumpat marah.

Perfect SacrificeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang