🔹️21🔸️

637 56 35
                                    


7 Tahun Kemudian...






Jungkook POV

Aku menoleh saat melihat Emily yang sudah berjalan kesusahan karena perutnya yang sudah semakin membuncit--kandungannya sudah 8 bulan dan ia berjalan lambat menghampiri sofa di dalam studio musikku.

Aku mempercepat langkahku segera menghampirinya dan membantunya untuk duduk.

"Kamu seharusnya istirahat di rumah dan segera mengambil cuti," nasehatku sambil meletakkan bantal di belakang punggungnya, agar ia bisa bersandar dengan nyaman.

"Aku bosan berada di rumah Kookie, -- aku harus membuat musikku agar bisa lebih bersemangat.--kehamilan kedua ini membuatku sedikit stress" Ia berdalih bosan dan menatapku dengan sorot mata lelahnya.

"Sssh, jangan bilang seperti, rileks okay?" Aku duduk di sampingnya dan mengelus punggung Emily dengan lembut.

Emily mengatur napasnya dan tersenyum lalu menyandarkan kepalanya di bahuku. Rambut hitamnya terurai jatuh saat ia bersandar, selama hamil ia berhenti mewarnai rambutnya untuk sementara.

"Baiklah Kookie, aku hanya sedikit stress menjelang kelahiran bayi kedua"

"Kamu pasti bisa melewatinya,"

"Yeah, aku harap aku bisa jauh lebih tenang"

Emily mengenggam tanganku dan aku merasakan bobot tubuhnya yang terasa berat saat ia menyandar di tubuhku, berat badannya memang bertambah banyak di kehamilannya yang kedua.

"Aku masih mengerjakan sebuah single lagu untuk Grande"

"Kamu masih sempat menyelesaikan lagunya?"

"Iya, aku belum puas dengan musiknya"

"Jangan terlalu perpeksionis,"

"Perpeksionis adalah bagian dari diriku-- kami tak terpisahkan,"

Emily terkekeh dengan ucapannya sendiri, kebiasaannya mengibaskan sebelah tangannya sekilas ke udara saat ia tertawa lepas, aku melihat tatto kecil sebuah gambar bunga tiger lily di punggung tangannya, aku ingat tujuh tahun lalu kami sepakat untuk membuat tatto pasangan, aku mengukir tinta bertuliskan inisial namanya di lengan tanganku, lalu ia membuat tatto bunga tiger lily di punggung tangannya.

"Oh! Apa itu lukisan milik Mark!"

Emily menunjuk ke arah lukisan abstrak yang didominasi oleh RGB yang terpajang pada dinding Studioku, lukisan itu berada di dekat speaker dan juga keyboard.

"Iya, aku membelinya saat pamerannya kemarin"

"Lukisan yang keren"

"Lukisan Mark selalu keren"

Aku menyeringai dan Emily tampak puas dengan komentarku. Emily juga menyukai lukisan, dan dia sangat menghargai karya seni.

Ponsel Emily tiba-tiba berdering dan ia menjawab panggilan telponnya dengan segera. Ia berbicara selama lima.

"Siapa?"

"Karina"

Emily memasukkan ponselnya ke dalam tas dan ia mengelus perutnya.

"Karina minta izin ingin pulang lebih cepat,-- gadis itu bilang ia tak bisa menjaga Jeno sampai jam 4 sore karena ia punya urusan mendadak di kampusnya"

"Kamu sebaiknya mencari baby sitter yang lain, Karina mulai sibuk kuliah akhir-akhir, "

"Iya kamu benar, gadis itu sering sekali menelponku secara mendadak seperti ini"

Perfect SacrificeWhere stories live. Discover now