Day 3 : Pertemuan Kembali

786 115 32
                                    

#day3
#pendar

Pendar (n) merujuk pada cahaya seperti yang tampak pada lendir kelemayar atau pada permukaan laut pada malam hari dsb.

(⁠ノ⁠◕⁠ヮ⁠◕⁠)⁠ノ⁠*⁠.⁠✧

Matahari kembali menyingsing dari timur, pantulan pendar di permukaan palung menampilkan pemandangan indah yang cukup memanjakan mata atau sekedar membangunkan pria tegap yang masih bebergelung dalam selimut. Keita terbangun dengan rasa sakit luar biasa di bagian kepalanya, mungkin karena ia terlalu memaksakan dirinya bekerja hingga larut.

Sudah beberapa hari berlalu semenjak ia mendapatkan kembali ingatannya, ia telah melakukan berbagai macam cara untuk memastikan kebenarannya tapi sama sekali tidak ada petunjuk yang membantu. Malah beberapa hari belakangan ini ia merasa sering melihat bayangan seseorang entah di dalam laut maupum di sekitar batu karang, tidak jarang pula ia merasa sedang diperhatikan. Bukankah ini menjadi semakin rumit?

"Yo! Pak Tua Yoichi! Apa kau masih hidup? Apa aku perlu memesankanmu peti mati?" Suara ribut ini dari siapa lagi jika bukan Ryuu, dia masuk begitu saja ke dalam kamar Keita.

"Keparat ini! Usiamu semakin tua, kapan kau akan belajar tentang tata krama?"

"Bukan urusanmu, sialan! Bangun dan cepat bersiaplah, Tuan Direktur menunggu tim kita dari tadi!"

Setelah berucap demikian si pirang pergi begitu saja dari kamar Keita. Sungguh seorang bajingan sejati hingga sukses mengacaukan suasana hati Keita sejak pagi, padahal tadi sempat menghangat begitu mengingat sosok merman kecil yang membekas dalam ingatannya.

-

Penelitian mereka pun berlanjut, Keita dan timnya telah bersiap di atas kapal boat yang dikemudikan oleh Sasaki dan didampingi oleh Muji, mereka seolah hanya terfokus pada dunia mereka sendiri, sesekali tawa terdengar dari kursi depan tetapi bukan berarti mereka tidak memperhatikan navigasi.

Keita terdiam di ujung kapal boat sambil memeriksa perlengkapan selamnya, dia tengah tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Ryuu yang melihat Keita tengah hanya terdiam seolah tanpa arwah tidak bisa menahan keinginan untuk melancarkan aksi kejinya, dengan perlahan ia mendekat ke arah tabung oksigen dan berniat untuk menyemprotkan isinya ke wajah datar Keita.

"Aku tahu niatmu, sialan. Lebih baik lupakan itu atau aku akan melemparmu ke laut sekarang juga." Keita menatap tajam Ryuu yang sedang berpura-pura tidak melakukan apapun.

Tidak lama kemudian, akhirnya kapal boat mereka berhenti tepat di titik koordinasi yang telah di tentukan, seluruh anggota tim bersiap untuk menyelam.

"Tunggu dulu," Ryuu menghentikan pergerakan rekan timnya. "aku pikir Keita tidak bisa pergi sendiri, seseorang harus menemaninya menyelam jika tidak ingin hanya menemukan jasadnya saja nanti."

"Ryuu-kun benar, aku akan pergi bersama Keita kalau begitu," jawab Asahi.

"Apa? Tidak!" Ryuu langsung menyambar tangan Asahi membuat tubuh Asahi sedikit oleng.

Keita yang melihat Asahi terhuyung, reflek menahan lengan Asahi. Khawatir pemuda mungil itu terpeleset atau terjatuh, Ryuu mungkin lupa dengan perbedaan ukuran tubuhnya dengan Asahi hingga harus menggunakan tenaga dalam untuk sekedar memisahkan tangan Asahi.

"Ketua, aku tarik ucapanku. Kau bisa mati jika memang itu takdir mu, sekarang pergilah." Ryuu menyentak tangan Keita, dia menarik Asahi ke sisinya.

"Entah kenapa aku sudah tidak heran lagi dengan kelakuan busukmu. Jika kau khawatir padaku katakan saja, tidak perlu menjadi tsundere!" Keita berdecak.

Black Pearl [Open PO]Where stories live. Discover now