Day 16 : Kecemasan

244 48 8
                                    

#day16
#susukambing

꒰⁠⑅⁠ᵕ⁠༚⁠ᵕ⁠꒱⁠˖⁠

Kepergian Chloe dari apartemen membuat rasa kesepian terasa bersama Helios. Bahkan sushi yang dia idamkan sejak sore tadi kini tidak menarik seleranya lagi. Dia tahu, Keita pernah melarangnya memainkan makanan, tapi sungguh Helios tidak bernafsu makan lagi.

Dia teringat kembali ucapan Ryuu dan Asahi ketika mereka bertemu di mall siang ini. Apa Keita sungguh melupakannya secepat itu hingga Keita tidak pernah menemuinya lagi? Atau apakah Keita sungguh sangat sibuk belakangan ini sehingga tidak ada waktu untuknya?

Apapun itu Keita tidak seharusnya mengabaikan Helios, terutama dengan calon anak mereka, meskipun kenyataan bahwa hanya Helios yang mengetahui tentang ini.

Helios berdecak kesal, dia tidak melanjutkan acara makannya, malah beranjak ke kamar tidurnya lalu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Dia menangis, entah mengapa hatinya terasa sangat sesak, air mata itu meluncur tanpa di tahan, membasahi bantal di ranjang Helios. Sekian lama menangis, akhirny Helios terlelap begitu saja.

Dia tidak sadar sudah berapa lama tertidur. Ketika dia terbangun rumah ini terasa amat sepi daripada sebelumnya, biasanya akan tidak ada setidaknya suara perabotan Chloe yang tengah membuat sarapan untuk mereka. Cahaya matahari telah menembus celah gorden itu dan menyilaukan mata Helios, perlahan kelopak indah itu terbuka dan memamerkan permata biru saphire yang indah.

Helios melangkah ke dapur. Dia segera menuju kulkas dia pintu di sudut dapur. Terlihat begitu banyak makanan dan bahan masakan di sana, Helios mencoba mencari sesuatu untuk sarapannya karena perutnya sudah mulai keroncongan lagi. Matanya tertuju pada sebuah botol susu kambing Hokkaido yang tersusun rapi di pintu kulkas.

Helios merasa penasaran dengan susu kambing di tangannya, dia belum pernah mencobanya. Dia segera membuka segel minuman itu dan mencicipinya sedikit. Matanya melebar, rasanya tidak seburuk yang dia kira. Helios kembali menegak susu itu hingga habis, tetapi tidak lama kemudian perutnya kembali terasa mual hingga dia segera berlari ke arah toilet dan memuntahkan apa yang baru saja dia masukan ke dalam lambungnya.

"Astaga, pearl. Bagaimana kau tumbuh jika kau tidak mau memakan apapun?" Helios merasa tertekan, apapun yang dia makan tidak pernah berakhir tanpa muntah.

Selesai dengan acara muntahnya, Helios membuat sandwich sederhana untuk dirinya sendiri. Bagaimanapun dia harus tetap mengisi perutnya, setidaknya ini demi kesehatan anak dalam perutnya.

Saat itu pula Helios menyadari jika Chloe belum pulang juga, dia mengecek ke kamarnya, dan benar saja Chloe juga tidak ada di sana. Bukankah dia bilang hanya bekerja semalam? Kenapa belum kembali? Helios mulai merasa cemas, dia mondar-mandir di ruang tengah sebelum akhirnya memutuskan mencoba mencari Chloe keluar.

Helios tidak berpikir panjang, dia hanya ingin menemukan Chloe dan ingin tau keadaanya, dia juga tidak tahu dari mana datangnya keberanian ini. Jadi dengan hoodie kebesaran milik Chloe, Helios melangkah pelan ke luar apartemen, dia melangkah sangat pelan menyusuri lorong dma tangga hingga akhirnya dia telah berada di depan lobi apartemen.

Dia mendapati jalanan Tokyo telah ramai meski hari baru saja berubah terang, banyak yang melangkah dengan kemeja kantoran, ada juga yang berangkat dengan seragam sekolah, lalu sisanya mengenakan pakaian hangat.

Sebenarnya Helios tidak tahu kemana akan mencari Chloe, dia menoleh kanan dan kiri sebelum melangkah hati-hati menuju seberang jalan. Dia menyusuri trotoar ke arah perkantoran, dia pikir Chloe mungkin bekerja di sebuah perkantoran besar hingga dia tidak sempat pulang. Tapi Helios masih merasa khawatir dan ingin mencarinya saat ini juga.

Setelah sepuluh menit Helios menyusuri koridor, pemuda bersurai perak itu di hadapkan sebuah gedung tinggi menjulang yang bahkan dia sendiri tidak tahu ini bangunan apa. Helios hendak melangkah masuk, mungkin saja Chloe bekerja di perusahaan ini. Namun belum kaki jenjang itu melangkah lebih jauh, sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti di depannya.

Helios menghentikan langkahnya pula. Seseorang dari balik mobil ini seperti seorang yang berpengaruh dengan gedung tinggi di hadapannya. Helios yang merasa penasaran masih berdiri di sana menunggu siapa yang akan keluar dari mobil itu.

Tak lama kemudian, seorang pria perawakan tinggi dengan rahang tegas, memakai mantel putih peneliti yang terlihat indah di tubuhnya keluar dari mobil itu. Dia tersenyum sangat tampan membuat Helios terpaku, seluruh tubuhnya terasa membeku, bahkan air matanya mulai menggenang.

"Keita..." lirih Helios.

Pria itu memutar langkahnya ke pintu mobil satu lagi untuk membukakan pintu kepada seorang wanita anggun dengan gaun hitam selutut dengan wajah dan riasan yang sangat cantik. Hati Helios terasa mencelos begitu melihat Keita menggandeng tangan wanita itu lalu menciumnya sebelum berjalan beriringan memasuki gedung tinggi itu.

Air mata Helios meluncur. Rasa sakit menjalar dari dada kirinya menyebar ke seluruh tubuh. Pemandangan ini sungguh tidak disangka, dia jauh-jauh datang ke Tokyo untuk memberikan Keita kejutan tapi apa? Dia mendapat kejutan luar biasa pagi ini.

Hatinya masih menolak apa yang matanya lihat. Berusaha meyakinkan diri jika dia salah orang, mungkin hanya orang yang mirip Keita. Namun panggilan lembut dari wanita itu semakin menyakiti hati Helios.

"Keita sayang, bisa tolongkau tolong aku? Antingku sepertinya terangkut pada rambutku."

Tangan Helios mengepal erat. Setelah semua pengorbanan yang dia lakukan, ternyata Keita sungguh melupakannya? Bahkan memiliki wanita lain? Jadi ini alasannya tidak pernah mencari Helios kembali?

Helios mengusap air matanya kasar, dia segera melangkah ke arah Keita dan wanita itu. Segera dia tarik lengan Keita hingga menatapnya tajam, Helios pun melayangkan tatapan nyalang ke arah Keita.

"Apa yang kau lakukan?" pekik tidak terima dari Keita.

"Bukankah aku yang harus bertanya, apa yang kau lakukan dengan wanita ini?"

"Apa maksudmu? Apa urusanmu denganku? Aku bahkan tidak mengenalmu!"

Retina Helios melebar, siapa orang asing di sini? Keita bersikap seolah telah melupakan Helios. Pemuda itu meremas erat jemari Keita sambil menatap matanya lamat-lamat.

"Keita? Kenapa kau seperti ini? Kita belum berpisah cukup lama dan kau sudah melupakanku?"

"Melupakanmu? Jangan gila! Kita bahkan tidak pernah bertemu!"

"Apa maksudmu, Keita? Kau melupakanku? Ini aku Helios! Kau berkata kau mencintaiku dan akan menjemputmu kembali, kini aku sudah datang sendiri padamu, kenapa kau seperti ini?!"

Keita yang diteriaki seketika merasa cengo, kepalanya terasa berdenging begitu mendengar nama Helios namun sungguh dia tidak bisa mengingat siapa Helios dalam hidupnya.

"Cukup! Jangan berpura-pura kau pernah dekat denganku! Tinggalkan kami, apa kau seorang penipu? Kau ingin uang? Jika kau ingin menipu cari orang lain saja." Keita menentak tangan Helios yang tak bergeming dengan air mata.

"Ayo, Hanabi. Tinggalkan dia." lanjutnya melangkah ke dalam gedung.

Meninggalkan Helios dalam tangis dan rasa sakit yang menggerogoti hatinya. Tangisnya pecah, bahkan tidak peduli menjadi pusat perhatian di sana, apa yang dia rasakan sangat menyakitkan. Dia bingung kenapa Keita bisa menjadi seperti ini.

--bersambung.

Black Pearl [Open PO]Where stories live. Discover now