Day 5 : Milikku

833 92 18
                                    

#day5
#bernas

Kata ini memiliki beberapa arti yakni:
- berisi penuh (tentang butir padi, susu, bisul, dan sebagainya)
- banyak isinya (tentang pidato, petuah, ceramah, dan sebagainya)
- dapat dipercaya.

(⁠つ⁠≧⁠▽⁠≦⁠)⁠つ

"Heli-chan, apa kau sibuk? Bisa bantu aku menganilis ini?"

"Muji! Helios sedang membantuku mengamati batu karang!" teriak Sasaki.

"Persetan dengan batu karangmu, urusanku lebih penting!"

Helios hanya tertawa canggung sambil menggaruk belakang kepalanya yang pura-puta gatal. Sudah lebih dari dua minggu Helios selalu datang mengunjungi mereka. Namun seminggu belakangan ini merman kecil ini sudah berani tinggal dengan Keita.

Setiap tim peneliti yang terlibat seolah sudah terbiasa dengan kehadiran Helios. Berkat sifatnya yang ceria dan terbuka membuat pemuda berdurasi perak imi mudah diterima di lingkungan tersebut, bahkan keempat anggota tim Keita sering kali menculik Helios ke sana kemari.

Pengetahuan Helios tentang flora dan fauna yang ada di pulau tersebut membuatnya sering kali dilibatkan dalam kegiatan penelitian. Kecerdasannya dalam mengambil keputusan dan kemampuannya menjelaskan sesuatu sangat patut diacungi jempol, semua orang di perkemahan itu sangat berterimakasih pada Keita karena sudah membawa seseorang yang sangat berguna untuk mereka.

Namun selebih dari itu, Keita sungguh merasa tidak terima. Semenjak Helios dekat dengan orang-orang di perkemahan, dia tidak bisa menghabiskan banyak waktu bersama merman manisnya karena ada saja yang datang untuk merebut Helios dari sisinya.

"Sudah cukup!" Keita menarik Helios ke arahnya, padahal Muji tengah berbicara dengannya.

"Keita, biarkan Helios membantuku dulu." protes Muji dengan wajah masam.

Keita menulikan diri, dia tetap menyeret Helios ke dalam kamar mereka. Ya, kamar Keita yang kini sudah menjadi kamar Helios juga.

"Kenapa kau di sini? Apa kau tidak punya jadwal ekspedisi?"

Ketita hanya memandang Helios dalam diam. Helios seketika merasa tidak nyaman dengan tatapan tajam dari Keita, meski begitu ia tahu bahwa pria besar  hadapannya ini membendung banyak hal di kepalanya.

"Kemarilah." Helios menarik lembut lengan Keita untuk duduk di tempat tidur. Mungkin mereka perlu mengobrol sejenak.

Begitu keduanya duduk, Keita segera memeluk erat Helios dan menyandarkan kepalanya di bahu sempit itu.

"Aku sangat tidak bahagia, kau tahu?" bisik Keita dengan nada merajuk.

Helios menghela napas berat, perlahan ia merebahkan dirinya di tempat tidur dengan sebuah gurita raksasa yang melingkupi tubuhnya. Dengan perlahan ia mengusap punggung Keita dengan jemari lentiknya mencoba memberikan rasa nyaman, dan sekedar membuat dirinya merasa lebih tenang.

"Ada apa, hm?" tanya Helios lembut.

"Kau selalu membantu mereka dan mengabaikanku."

"Kapan aku mengabaikanmu?"

"Kau milikku."

"Aku tau."

Keita menduselkan wajahnya pada ceruk leher Helios, menghirup aroma pemuda di pelukannya dalam-dalam lalu memberi kecupan ringan di sana.

Helios sudah terlalu terbiasa dengan sikap Keita yang kekanak-kanakan, ia juga sudah terbiasa dengan niat kotor Keita tetapi ia masih sadar diri untuk mendorong tubuhnya menjauh. Itu sama dengan mendorong batu karang.

Black Pearl [Open PO]Where stories live. Discover now