Day 14 : Pria Baik Tersenyum Cantik

260 47 0
                                    

#day14
#renjana

Renjana berasal dari bahasa sansekerta, yakni ranjana yang memiliki arti hasrat (yang menyala), menyenangkan, sangat menarik, dan juga gembira.

(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠✧⁠*⁠。

Sepeninggalan Chloe, pemuda dengan surai perak itu masih memainkan uang di tangannya. Setiap lembar memiliki wajah pria kuno yang berbeda-beda, Helios tidak mengerti makna setiap tulisannya, dalam pikirannya terbesit bagaimana orang-orang bisa terobsesi dengan uang ini hingga harus bekerja meski kau tidak menyukainya. Helios hanya menggeleng pelan sebelum riuh dari perutnya terdengar.

Akhir-akhir ini nafsu makan Helios berkurang, tetapi perutnya tetap keroncongan. Dia sebenarnya tidak ingin makan karena rasa mual mendominasi dirinya, tatapi Helios masih memikirkan nyawa lain yang ada di perutnya. Dia teringat lagi dengan ucapan Chloe barusan, jadi Helios beranjak ke sebuah meja yang Chloe sebutkan.

Helios menemukan beberapa makanan manusia yang pernah Keita berikan padanya dulu. Seperti roti isi daging, lalu jus jeruk dan sosis goreng ini. Helios meraihnya, segera duduk di kursi di depan meja itu lalu melahap sandwich di tangannya, rasa gurih daging dan garingnya roti menyapa indra pengecapnya, sungguh mengembalikan ingatan rasa roti isi yang pernah Keita berikan padanya.

Setelah beberapa gigitan, Helios tidak dapat menahan lagi rasa sesak di dadanya. Sandwich itu dia letakan kembali di piring, jemarinya meremas satu sama lain, entah mengapa dia menjadi emosional begini. Hanya karena sandwich dia menjadi sangat merindukan Keita, padahal sebentar lagi mereka pasti akan bertemu.

Air mata itu mebasahi pipinya kembali, rasanya sangat rindu. Sudah hampir tiga bulan mereka berpisah, kadang Helios berpikir apakah Keita juga merindukannya? Kenapa sama sekali tidak ada kabar darinya? Apa dia juga mencari Helios? Apa dia pergi ke palung ketika Helios juga pergi ke Tokyo?

Pemikiran berlebih itu membuat Helios merasa mual, dia menahan agar tidak memuntahkan sandwich yang baru saja dia telan, dia menghargai makanan pemberian Chloe. Namun tetap saja, Helios tidak dapat menahannya, dia berlari ke kamar mandi di sudut ruangan. Awalnya dia tidak yakin itu adalah kamar mandi karena lebih luas dari kamar mandi yang dia tahu, tapi ketika dia melihat kloset dia segera muntah di sana.

Semua makanan yang masuk dimuntahkan kembali, bahkan dada Helios mulai sakit sesak karena tidak kuat untuk muntah lagi. Tubuhnya seketika terasa lemah, kepalanya juga terasa pusing. Dia bersandar di dudukan kloset, dengan lembut dia mengusap permukaan perutnya.

"Sayang, kenapa kau tidak mau makan? Kau harus makan agar tetap sehat, hm? Kau harus menemui Papa dengan kondisi sehat, nak." Helios mengucapkannya dengan air mata yang meluncur di pipinya.

Entah kenapa sangat terasa sangat sakit, mencoba menguatkan diri sendiri ketika sebenarnya dia masih perlu penopang. Helios menangis, mungkin karena tubuhnya sakit setelah muntah atau mungkin hatinya yang sakit. Namun beberapa menit kemudian tubuhnya ambruk kehilangan kesadaran.

-

Matahari terbenam di kota Tokyo yang indah, udara menjadi semakin dingin begitu langit semakin gelap. Kini sudah memasuki musim dingin, semua orang mulai mengenakan mantel ketikan berpergian. Begitu pula Chloe yang baru saja sampai apartemennya kembali, dia melepaskan mantel berbulunya lalu mencari keberadaan Helios yang tak kunjung terlihat begitu dia sampai.

"Helios? Kau di dalam?" Chloe mengetuk pintu kamar Helios lalu membukanya ketika tidak ada sahutan.

Ruangan itu kosong, ranjangnya juga terlihat belum tersentuh, bahkan lampu kamar itu masih padam. Chloe mengernyit kebingungan, Helios terlihat seperti seorang yang patuh, tidak mungkin dia melarikan diri apalagi di tempat baru seperti ini.

Black Pearl [Open PO]Where stories live. Discover now