chapter 2

170K 6.2K 356
                                    

P E M B U K A

di chapter ini Viola muncul, met kenalan (⌒▽⌒)


"Paaapiii."
"Piiipaaa."
"Papapipi."
Masih dengan kelopak mata terpejam, Askara berguling sampai tubuhnya berakhir tengkurap di atas dada bidang Manggala. Tahu kalau papi belum juga bangun, tangannya naik ke wajah papi. Mencolok hidung besar papinya dengan jari lalu berusaha mencomot bola matanya.

"Askara."
Manggala mengerang kesal. Ditangkapnya tangan bocil kematian itu sebelum bola matanya berhasil diambil. Pria itu masih mengantuk setelah jam tidurnya berkurang karena dipaksa meladeni tingkah absurd anaknya. Setelah makan malam penuh drama, energi Askara kembali terisi penuh, membuatnya semakin lincah. Terus bergerak dan berteriak.

Tidak ada sang kakak, maka Manggala pun jadi korban. Padahal energi pria itu hanya tersisa 5%. Manggala versi darah rendah tidak ada pilihan karena membiarkan Askara bermain sendirian tanpa pengawasan sama dengan bunuh diri. Diawasi ketat saja sering kecolongan.

Semalam ditutup dengan suasana hati Askara yang tiba-tiba memburuk. Bocah itu kesal sendiri ketika menyusun lego dan berakhir membuangnya dari lantai dua ke lantai satu. Setelah itu ia merengek minta minum digendong dan tertidur setelah sepuluh menit mendengar podcast Entrepreneurs on Fire.

"Mawu nyot-nyot."

Ini adalah kebiasaan paling menjengkelkan. Askara selalu bangun di jam-jam paling enak untuk tidur dan meminta dibuatkan susu. Setelahnya, Manggala harus berusaha keras membuatnya terlelap kembali. Meladeni serangkaian tingkah tidak masuk akal sampai bocah itu kelelahan dan tepar. Sialnya setelah berhasil menidurkannya kembali, pria itu sudah kehilangan kantuk dan minat tidurnya.

Waktu menunjukkan pukul 03.15 pagi. Tanpa menghentikan tepukan pelan pada pantat bocah yang tidur dengan posisi menungging di depan wajahnya, Manggala meraih ponsel di nakas. Sembari menunggu panggilannya dijawab, ia merengkuh tubuh kecil Askara dan mengubah posisi tidurnya agar lebih nyaman.

"Nyot-nyot." Bibir Askara maju beberapa centi meter menginginkan dot susunya kembali.

Sebelum bangun dan merusuh, Manggala cepat-cepat menyumpal mulut anaknya dengan dot. "Bobok yang nyenyak Askara. Kurang-kurangi nakalnya, ya, nanti nggak ada yang mau jadi pengasuhmu."

"Halo! Siapa nih pagi-pagi telepon kayak direktur sableng. Awas aja kalau telepon cuma mau nyuruh-nyuruh."

"JIRO." 
Sedetik kemudian Manggala mendengar suara gedebak-gedebuk dari seberang sana disusul suara rintih kesakitan.

"Maaf, Pak Gala. Saya minta maaf karena masih ngelindur. Sekarang 100% saya sudah sadar. Ada yang bisa dibantu?"
Manggala tidak tahu kalau di tempatnya, Jiro sedang memaki-maki. Siapa yang tidak kesal jam tidurnya diganggu?

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang