Chapter 20

84.2K 4.8K 1.1K
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih emot dulu buat chapter ini

***

*biar nggak bingung, jadi di chapter 19 yang di karyakarsa, pas Kala nelepon papinya, papinya tuh dianuin Viola, dan chapter ini lanjutin itu.
Terus soal hickey, pasti paham lah yaa kalau setelah kisseu diambil alih sama papi, itu nggak cukup kisseu aja.

***

Ketenangan Kala belum kembali sejak hilang pasca menelepon papi. Papi yang mendadak diam, suara grasak-grusuk tidak jelas, lenguhan, sampai geraman lah yang merenggut ketenangan remaja itu. Kala belum bisa tenang kalau belum mendapat konfirmasi langsung dari papi bahwa di sana—saat ia menelepon, tidak ada Viola.

Kala sudah cukup dewasa untuk mengerti. Ketika mendengar segala keanehan itu, otaknya tidak bisa diajak berpikir positif lagi. Secara otomatis terhubung ke arah sana. Seandainya benar saat itu ada Viola, hal buruk pasti sudah perempuan sinting itu lakukan pada papi. Kala yakin sekali. Terlebih tidak ada yang melindungi papi dari serangan kebinalan perempuan itu.

Wajar, kan, kalau Kala secemas ini pada papi? Mengingat bagaimana sepak terjang perempuan itu.

"Kala."
Jihan memanggil seraya memberi tepukan pelan sampai membuat remaja yang duduk di sampingnya tersentak kaget. Sejak bergabung di meja makan, Kala nampak berbeda. Terlihat murung. Padahal semalam baik-baik saja. Sekarang seperti ada sesuatu yang membebani. Jihan bisa merasakannya. Semua terlalu kentara. Kala banyak diam, kehilangan selera makan, tidak fokus, dan beberapa kali tertangkap sedang melamun.
"Kamu nggak papa, kan? Kalau ada sesuatu yang nggak bisa kamu ceritain ke papi, bisa cerita ke Onty Ji ya."

Helaan napas Kala terdengar berat.
Ia pun menyudahi sesi sarapan meski nasi baru masuk dua suap saja, lantas menatap lekat-lekat ke arah Jihan.
"Onty Ji beneran nggak tau dimana papi sama adek?" tanyanya sekali lagi. Mungkin sudah lima atau enam kali ia menanyakan hal serupa. Kala belum puas dengan jawaban Jihan sebelumnya sehingga terus menanyakan itu sampai mendapat jawaban yang diinginkan.

"Kamu nggak percaya sama Onty Ji?"
Bukan Jihan yang menuduh, melainkan Arjuna. Pria itu mulai kesal pada tingkah anak sulung Manggala yang terus saja mendesak istrinya untuk mengatakan hal yang memang tidak diketahui.

"Bukan nggak percaya, Om Jun," kilah Kala.

Cara Arjuna meletakkan ponsel ke hadapan Kala, bisa dibilang kasar.
"Cek sendiri. Papimu ngechat Om cuma bilang mau nitipin kamu sementara."
Ruang obrolan dengan Manggala ia tunjukkan pada Kala sebagai barang bukti. "Bisa baca, kan, tanpa perlu Om bacain?"

"Mas—"

"Papimu nggak ngasih penjelasan apa-apa, cuma bilang mau nitip kamu. Om pun nggak inisiatif tanya karena Om tau gimana papimu. Papimu nggak mungkin ambil tindakan tanpa alasan. Apapun alasan papimu, itu bukan kapasitas Om buat tau. Om nggak harus tau semua tentang papimu, begitu juga Onty Ji.
Om cuma perlu jaga amanah papimu yaitu jagain kamu selama di sini. Selebihnya itu urusan kalian," kata Arjuna tegas sampai membuat Kala ketakutan. "Kalau masih belum cukup meyakinkan, cek riwayat panggilan. Ada nggak telepon dari papimu?"

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang