Chapter 19

166K 4.9K 693
                                    

P E M B U K A

Sebelum baca, kasih emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebelum baca, kasih emot dulu buat chapter ini

***

Tubuh Manggala menegang hebat.
Ini masih terlalu dini untuk mendapat serangan pagi dari pengasuh yang semalam main gila bersamanya di belakang Askara.
Sedang menyeduh kopi sembari berusaha keras menghentikan reka ulang ciuman panas semalam yang terus terputar di kepala, ia dikejutkan oleh pelukan mesra dari arah belakang, disusul bisikan sensual yang mendatangkan getaran hebat.

Manggala sampai merinding sebadan.
Terlebih saat Viola menaruh beban tubuh di punggung lebarnya usai meninggalkan kecupan di tengkuk.
Di waktu bersamaan, telapak tangan kucing birahi itu turut aktif mengelus perut bagian bawah.
Turun sedikit lagi, Viola pasti menemukan sesuatu yang semalam memberontak meminta kebebasan sampai menyiksa empunua.
"Viola."
Suara Manggala sedikit bergetar.

"Jawab dulu dong sapaan gue yang tadi, sombong banget."

"Iya. Selamat pagi juga," ujarnya susah payah. Menengadahkan kepala, ia nikmati gelombang gairah yang Viola beri lewat sentuhan.
Sebelum terjadi hal-hal yang berakhir merepotkan dirinya sendiri, Manggala raih pergelangan tangan Viola. Hentikan perjalanan telapak tangan perempuan itu sebelum turun terlalu jauh. Bahaya kalau sampai bertemu kembali. Manggala sedikit trauma. Semalam diremas terlalu kuat. Nyut-nyutan rasanya, tapi ini bukan soal ngilu pasca diremas. "Mau buat kopi. Kamu mau?" tawarnya tetap siaga. Khawatir daerah rawannya dijamah Viola kembali.

"Gitu doang? Pensiunan jamet aja pake sayang-sayangan plus ngasih bonus emot sampe mata sedep liatnya. Masa lo kalah, sih?" cibir Viola. "Jangan kaku-kaku dong. Malu lah sama yang semalem beringas banget ngokopnya."

Susah-susah melupakannya, Viola dengan enteng mengingatkannya soal itu. "Viola, kita udah sepakat buat nggak bahas soal itu, kan?"

"Bukan lagi bahas lo, bukan. Vacuum cleaner. Iya, yang gue maksud tadi itu vacuum cleaner."

Manggala gunakan tenaganya dengan benar. Dalam sekali percobaan, ia berhasil mengurai pelukan sang penggoda. Sebelum dijerat dan tenggelam dalam tipu dayanya yang sangat berbahaya, pria itu membentangkan jarak. Kakinya melangkah menjauh meninggalkan kopinya begitu saja. Hal paling penting saat ini adalah menyelamatkan diri dari Viola.

Berdiri di dekat kulkas, Manggala rapikan ujung kaus yang hampir Viola keluarkan dari celana. "Kamu mau sarapan apa? Biar saya buatkan sekalian. Saya mau masak buat Askara."

"Dingin banget. Jadi males ngapa-ngapain, apalagi masak. Kalau lo ngerasain itu juga, mending nggak usah masak deh. Kalau laper, tinggal makan gue aja. Hehehe."

Sudah diwanti-wanti dan dibuatkan benteng sekuat mungkin agar tidak tergoda, tapi matanya malah jelalatan. Bergerak memindai naik-turun tubuh mulus perempuan yang terlalu berani mengenakan gaun tidur pemancing libido pria dewasa sepertinya. Kalau tidak salah mengingat, gaun tidur yang saat ini Viola kenakan, berbeda dengan semalam. Lebih tipis, potongan di dada terlalu terbuka, dan panjangnya tidak becus menutupi paha mulus itu. Apa pengasuh nakal ini sengaja mengganti hanya untuk menggodanya?

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang