chapter 6

106K 6.2K 390
                                    

P E M B U K A

happy reading ʕ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading
ʕ.˃ᴥ˂.ʔ

"Kenapa teriak-teriak manggil Papi hmm? Ada kecoa? Atau katak? Kasih tau Papi dimana, biar Papi yang tangkep tapi jangan teriak-teriak lagi," kata pria yang baru saja datang sembari menggendong si bungsu dengan satu tangan. Tangan lain ia gunakan untuk memegangi sippy cup berisi susu karena bos kecil di gendongannya ini terlalu malas memegang sendiri. "Papi udah pusing dengerin teriakan adekmu dari tadi pagi, kamu jangan ikutan nambah pusingnya Papi dong."

"Pokoknya aku nggak mau tau, Papi harus pecat perempuan sontoloyo itu! Aku nggak setuju kalau dia jadi pengasuh Askara! Masih banyak orang kompeten yang bisa jagain Askara nggak harus perempuan sableng itu!" ucap Kala sembari menunjuk ke arah Viola yang tengah duduk di stool bar dengan gaya angkuh seperti nyonya besar, padahal statusnya hanya pengasuh. Definisi tidak tahu diri.
Sejak awal muncul dengan tampilan nyentrik dan barang-barang KW, rasa tidak suka Kala padanya memang langsung tumbuh.

"Kasih Papi alasan kenapa harus pecat Viola."

"Kasih aku alasan kenapa Papi mau terima si onoh kerja di sini. Papi yakin mau percayain Askara sama perempuan nggak jelas itu? Dari cover-nya aja udah keliatan kok."

Mengingat kembali jawaban Viola, Kala ingin sekali mendepak perempuan itu dari rumah secepatnya. Jujur saja, ia memang percaya dengan apa yang Viola katakan karena itu masuk akal. Bisa jadi, papi yang lama sendiri ini diam-diam menjalin hubungan dengan perempuan sableng itu. Kalau memang benar, mungkin tujuan Viola menjadi pengasuh bukan sekadar ingin 'kumpul kebo' tapi sekaligus pendekatan agar direstui dan simulasi menjadi istri papi. Sialan! Bagian terakhir kenapa membuatnya semakin gerah.

"Nyari pengasuh buat adekmu susah loh, Papi udah capek banget tiap minggu harus nyari pengasuh baru. Kerjaan Papi tuh banyak, Kala. Papi harus ngurus ini itu sendiri. Apa kamu nggak kasihan sama Papi?"

Paham bagaimana tabiat adiknya, Kala terdiam. Remaja itu pun tidak memiliki solusi untuk mengatasi kenakalan Askara yang sudah di level membuat siapa saja angkat tangan, termasuk dirinya. Kalau diingat-ingat,  baru Viola yang berani melawan. Pengasuh sebelumnya hanya pasrah ketika dijahili, menangis, mengadu pada papi, dan tidak lama kemudian tiba-tiba minggat membawa rasa trauma.

"Kicep, kan, lo! Anak kecil aja belagu sok-sokan mau ngatur orangtua," celetuk Viola.

"Diem! Lo tuh nggak diajak. Nggak usah ikutan ngomong," sewot Kala memelototi Viola. Bukannya takut, perempuan itu malah menyerang balik lewat kerlingan nakal dan jilatan di bibir bawah dengan gerakan sensual pada papi saat tatapan mereka saling beradu. Perempuan gila itu benar-benar bahaya, tidak bisa diremehkan karena terang-terangan mengajak perang. Lihat saja nanti. Kala Renjana tidak akan diam saja. Akan ia siapkan rencana untuk menyelamatkan papi dari perempuan ular terkutuk itu.
"Jangan genit ke Papi bisa nggak?" bentaknya marah.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang