Chapter 25

73.2K 5.1K 1.4K
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih emot dulu buat chapter ini

***

Dulu—sewaktu Kala mengatakan kalau Manggala dan Viola ada hubungan lebih dari sekadar majikan dan pengasuh—Jihan tidak percaya. Bahkan saat itu, ia sampai menertawakan segala teori ngawur Kala yang menurutnya sangat konyol. Jihan merasa sudah mengenal Manggala dan yakin sekali kalau sahabat suaminya itu tidak mungkin seperti yang Kala tuduhkan.

Namun, setelah melihat mereka keluar bersama dengan begitu intim dari kamar tamu, Jihan kembali memikirkan perkataan Kala. 
Jangan-jangan, teori kalau menjadi pengasuh hanyalah sebuah pengalihan isu itu benar.
Sejatinya Viola—pacar Manggala—memang sedang menjalankan misi besar merebut hati Kala dan Askara sebelum menjadi mami baru untuk mereka. Kalau memang seperti itu, berarti kecurigaan Kala benar? Mereka kumpul kebo berkedok menjadi pengasuh untuk menghindari gerebek warga.

Jihan yang baru melihat mereka keluar dari kamar tamu bergandengan saja, pikirannya sudah kemana-mana. Majikan bergandengan tangan dengan pengasuh itu bukan hal wajar. Terlebih penampilan Viola sedikit berantakan ditambah ketegangan di wajah Manggala. Dari sini, wajar kalau Kala mempunyai banyak teori tentang mereka. Kala mungkin sudah melihat lebih dari sekadar gandengan tangan.

Ingatkan Jihan untuk mengorek informasi tentang Manggala dan Viola dari suaminya. Kalau memang ada sesuatu, ia tidak akan menentang seperti Kala. Mungkin hanya akan memberi beberapa nasihat untuk tidak melewati batas. Minimal tahu situasi mengingat ada anak-anak di bawah umur.
Ngomong-ngomong, Jihan penasaran.
Kegiatan apa yang mungkin dilakukan majikan dan pengasuh di kamar tamu berduaan?

"Kok cepet banget, sih, datengnya?" tanya Viola seramah mungkin tanpa melepas tautan jemarinya dengan Manggala meski pria itu berusaha melepas.

Bukan tidak sadar akan tatapan Jihan, Viola memang sengaja memamerkan ini, sekalipun bukan Jihan yang menjadi target utama. Tidak jauh dari tempatnya, ada Kala yang duduk di sofa. Meski terlihat acuh tak acuh, ia sempat menangkap lirikan maut remaja itu.
"Padahal tadi dilama-lamain nggak papa banget loh, Ji. Gue lagi ada urusan sama Mas Gala soalnya, jadi ketunda gini karena lo datengnya kecepetan."

"Viola," tegur Manggala tak ingin ada kesalahpahaman.

"Duuh, maaf banget. Aku nggak ada maksud buat ganggu kalian."
Jihan tersenyum canggung seraya menurunkan Askara dari gendongan.

"Nggak papa, santai aja. Nggak perlu minta maaf kok. Kan bisa dilanjut ntar malem, malah lebih enak," jawab Viola, sengaja memberi penekanan pada kalimat terakhir. Melihat reaksi Kala, ia tersenyum penuh kemenangan. Semua berjalan seperti yang diharapkan.
Kala kalah telak.

"Hah?"
Jihan kaget, pun tidak paham ke mana arah bicara Viola.
Apa yang mau dilanjut malam-malam?
Kenapa malam lebih enak?
Sekiranya itulah yang tengah Jihan tanyakan dalam hati.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang