Chapter 33

88.9K 4.3K 854
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu yaaa sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih emot dulu yaaa sebelum baca

90% chapter ini Gala-Vio after ngewbrut kwkwk

***

Dalam lelap, ada rasa tak nyaman mengusik. Kering sekaligus perih bersarang di tenggorokan. Ini pasti efek semalaman suntuk dibuat menjerit dan menangis oleh pria dengan energi tak ada habisnya bagai kuda liar, pasca diremehkan performanya. Ditambah lagi batang kejantanan si kuda liar yang beberapa kali melesak masuk semakin dalam sampai menyentuh tenggorokan. Kalau soal ini, salahnya yang sok-sokan memasukkan keseluruhan batang sang majikan dalam mulutnya. Padahal seharusnya ia tahu kapasitas rongga mulutnya. Untuk kejantanan sepanjang dan sebesar itu dengan garis-garis urat semakin jelas saat ereksi, tidak mungkin tertampung sepenuhnya. Dipaksa pun akhirnya meninggalkan rasa tak nyaman. Seharusnya saat hampir tersedak, ia berhenti. Bukan malah lanjut dengan berbekal kalimat sakit tenggorokan dikit, nggak ngaruh.

Pada akhirnya, mata yang terasa berat pun dipaksa terbuka. Di detik pertama, Viola yang tergeletak lemas pun mengedarkan pandangan tatkala menemukan sisi ranjang di sebelahnya kosong. Ia cari-cari majikan kurang ajar yang sudah menggempurnya habis-habisan sampai berakhir seperti ini. Tak menemukan siapa-siapa, dengan susah payah ia berusaha bangkit sembari mempertahankan selimut sebagai satu-satunya penutup tubuh telanjangnya. Saat itulah ia rasakan nyeri bersarang dimana-mana. Pasti efek dari ulah brutal Manggala semalam.

"Papinya Askara bener-bener, ya!" gumam Viola jengkel ditinggal sendirian setelah dipakai. Masih melanjutkan sesi misuh-misuh tidak jelas, ia raih gelas di nakas dan meneguk rakus isinya.

Saat mengembalikan gelas ke tempat semula, Viola terkejut melihat jam digital baru menunjukkan pukul 3 dini hari. Pantas saja kondisinya pasca digagahi duda berahi masih seburuk ini. Tidurnya saja baru beberapa menit.

Lebih terkejut lagi saat melihat seberapa menyeramkan pantulan dirinya di kaca lemari. Viola sampai tak yakin kalau bayangan perempuan dengan kondisi seberantakan itu adalah dirinya yang terus dipuji-puji 'cantik' oleh Manggala.
Cantik dari mana, sih?
Jejak yang ditinggalkan terlalu banyak justru membuatnya seperti terkena penyakit kulit. Belum lagi rambut yang biasanya tampil paripurna, sekarang lepek oleh keringat dan awut-awutan pasca dijambak ketika membungkuk bertumpu pada sandaran sofa.

"Udah bangun?"

Refleks Viola menoleh ke arah sumber suara. Menemukan Manggala melangkah menghampirinya, buru-buru ia eratkan selimut. Waspada. Ia tidak mau lagi. Setidaknya untuk saat ini.
"Kirain lo kabur gitu aja setelah make gue," katanya lantas merapatkan kaki disusul ringis tertahan.

"Kabur?" beo Manggala tak habis pikir dengan jalan pikiran pacarnya.
Iya. Pacar. Tidak salah, kan?
Manggala sudah berhasil membuat Viola K.O di ronde ketiga. Masih di ronde yang sama, Viola memohon-mohon, terus merengek sembari menangis memintanya berhenti dengan tubuh—terutama lutut—bergetar hebat saat salah satu kaki berada di pundaknya.
Berarti, secara teknis Viola sudah menjadi pacarnya karena tiga syarat yang perempuan itu ajukan sudah terpenuhi; membuatnya K.O, menangis memohon berhenti, dan membuat lutut Viola bergetar.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang