Chapter 55

44.6K 3.6K 2.7K
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu buat chapter ini yang panjang banget (≧∇≦)/

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih emot dulu buat chapter ini yang panjang banget (≧∇≦)/

***

"Onty Ji sudah tidak sayang aku lagi, ya? Kenapa aku jalannya tidak digandeng? Sedihnya aku tidak disayang Onty Ji lagi. Mau nangis keras-keras."

Detik itu juga, Arjuna bersorak dalam hati. Sudut-sudut bibirnya terangkat membentuk senyum penuh kemenangan. Merasa berhasil memengaruhi anak bungsu Manggala untuk kepentingannya sendiri. Kalau saja tahu semua bisa menjadi semudah ini—hanya dengan melibatkan Askara—sudah Arjuna manfaatkan bocah itu sejak awal untuk kepentingannya.

Dalam satu detik, ekspresi Jihan berubah drastis, sebab tak mau Askara mempertanyakan kesedihan yang tergambar jelas di wajahnya. Begitu berlutut sejajarkan tinggi dengan bocah di hadapannya, tangannya terangkat. Mendarat di kepala anak Manggala. Menggunakannya untuk menyeka keringat, juga rapikan tatanan rambutnya yang berantakan.
"Masih sayang, Askara. Onty Ji bakalan selalu sayang sama Askara. Askara, kan, kesayangannya Onty Ji."

Askara mengangkat dagu.
Tunjukkan wajah muram dengan bibir mengerucut. "Kalau sayang kenapa aku tidak digandeng, Onty Ji? Aku jadi sedih. Takut tidak disayang-sayang Onty Ji lagi."

Mudah sekali untuk Jihan menebak apa yang telah terjadi sampai Askara mempertanyakan rasa sayangnya. Selain kurang waras, Arjuna juga licik. Tukang memanfaatkan Askara. Semakin meyakinkannya untuk tak memberi toleransi atas kesalahan pria itu. "Askara mau gandengan sama Onty Ji?"

"Mau, mau! Aku mau digandeng sama Onty Ji!" jawab Askara cepat. Telapak tangannya yang lembab oleh keringat, ia gosok-gosokkan ke celana sampai kering. Lalu untuk memastikan tangannya benar-benar bersih, ia gosok sekali lagi. Bukan ke celana, melainkan ke kaus yang dikenakan sampai meninggalkan noda kecokelatannya di sana. "Ini tangan aku yang mau digandeng Onty Ji," katanya riang seraya menjulurkan tangan kanan.

"Kalau gandengan bertiga pasti lebih seru. Nanti Askara bisa terbang. Om Jun dan Onty Ji bakal bantu angkat Askara."

Seketika Jihan menoleh.
Terang-terangan menatapnya tajam, dengan kilat penuh kebencian. Muak sekali pada pria yang terus berusaha memperbaiki semuanya, padahal sudah berkali-kali ia tegaskan kalau usahanya tak berguna, tak ada artinya. Lebih baik berhenti karena semuanya pasti berakhir sia-sia. Namun Arjuna tetap pada pendirian bodohnya.

"Onty Ji, aku mau terbang. Mau gelantungan seperti dedek monyet juga di tangan Onty Ji dan Om Jun," pinta Askara ketika Jihan baru saja buka mulut—hendak mencerca Arjuna. Belum sempat menolak, lengannya ditarik sekuat tenaga. Dipaksa ikut menghampiri pria yang menyambutnya dengan senyum miring. Mulai detik ini, Jihan benci senyuman semacam itu. Terlihat sangat menyebalkan dan terkesan meremehkan.

"Onty Ji ...." Askara mendongak, tunjukkan ekspresi bingung ketika tiba-tiba gandengan Jihan terlepas begitu saja.

Jihan yang baru sadar akan hal itu, buru-buru meraih tangan Askara. Menggandengnya kembali demi mengembalikan suasana hati yang mungkin memburuk.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang