Chapter 43

41.9K 3.7K 1.8K
                                    

P E M B U K A

Dah update cepet, harus dikasih emot yang banyak buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dah update cepet, harus dikasih emot yang banyak buat chapter ini

***

"Bukan seperti ini, Papi!" 

Untuk ke sekian kali, Manggala salah lagi. Dan kesalahan sama yang terus diulang-ulang pagi ini, membuat Askara semakin jengkel. Wajahnya bersungut-sungut sewaktu menatap sang papi dari cermin besar di hadapannya. Rambut yang susah payah Manggala sisir rapi, diacak-acak. Digaruk dengan gerakan brutal sampai tak keruan bentukannya. Kepalanya pun terus digerakkan ke kanan-kiri disertai ayunan kaki ke udara. 

Semua bermula dari permintaan Askara agar gaya rambutnya ditata seperti yang pernah Viola terapkan. Sayangnya, Manggala kurang memperhatikan setiap detail tatanan rambut yang Viola aplikasikan pada si bungsu. Pria itu bingung gaya rambut seperti apa yang Askara maksud. Lalu ketika meminta penjelasan, bukannya paham, Manggala justru semakin bingung dengan penjelasan belibet itu. "Kayak gini aja. Askara keliatan rapi dan ganteng."

"Tidak mau, Papi. Tidak mau. Mau seperti Mamiw Pio."

Manggala dengan kesabaran tak terbatas setiap kali menghadapi anaknya, berusaha tetap tersenyum. Ia pun membungkuk. Menjulurkan tangan kanan guna memungut sisir yang Askara banting untuk melampiaskan kesal.

"Papi sisirin lagi, ya?" izinnya diangguki cepat oleh bocah berambut kusut setelah dibuat berantakan berkali-kali. Ia melakukannya dengan penuh kehati-hatian, pastikan anaknya tidak kesakitan. Sebelum melakukannya pun sudah merapalkan doa agar kali ini benar.
Waktunya sudah tersita banyak hanya karena masalah rambut. Masih ada banyak hal yang harus Manggala urus sebelum ke kantor. "Begini?" tanyanya memastikan.
Sebenarnya ragu, tapi semoga saja benar.

Dari wajah merengut, pipi dikembungkan, dan gerakan meniup-niup kesal poni yang menutupi dahi, Manggala mulai cemas. Sepertinya salah lagi.

"Papi .... bukan seperti ini. Aku tidak mau seperti ini."

Sebelum ada sesi mengacak-acak rambut lagi, Manggala mengambil tindakan. Pria itu cepat beranjak. Berlutut di hadapan Askara yang duduk di kursi rias dengan kedua tangan bocah itu tenggelam dalam genggaman tangan besarnya. "Jangan digaruk kayak tadi, ya? Nanti kepala Askara sakit, terus rambutnya jadi kurang bagus. Kalau emang masih salah, kasih tau Papi. Biar Papi perbaiki. Okay?" 

"Papi kenapa salah-salah terus?"

"Maaf ya, soalnya Papi nggak tau. Gimana kalau Askara coba sisiran sendiri?" tawar Manggala.

Kepala Askara mengangguk lemah. Sedetik kemudian sisir sudah berpindah ke tangan bocah itu. Digenggam kuat-kuat dan berakhir melemah sewaktu diberi masukan oleh papi tentang cara memegang sisir yang benar. Manggala pun geser agar tak menghalangi anaknya yang mulai bercermin sembari menyisir rambut dengan gerakan kaku. Ia perhatikan seksama agar di kemudian hari bisa melakukannya jika sewaktu-waktu Askara meminta lagi.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang