Chapter 15

73.7K 5.3K 1.1K
                                    

P E M B U K A

Kek biasa, sebelum baca, absen emot dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kek biasa,
sebelum baca, absen emot dulu

met maljum

***

Kalau Askara adalah sejenis makanan, pasti sudah ditelan bulat-bulat oleh Viola yang baru saja menyadari kalau bocah itu memiliki sisi menggemaskan juga ketika tidur. Wajah kecilnya terlihat begitu damai sekaligus lucu dengan bibir sedikit terbuka dan pipi mengembang. Viola sampai tidak bisa menahan diri untuk tidak memencet pipi empuk Askara dengan jari telunjuk. Hingga tanpa sadar ulahnya mengusik si bos kecil itu.

"Papiiii" Askara mengerang kesal lalu menangkap tangan si pengganggu tidur nyenyaknya untuk disingkirkan. Baru setelah menyingkirkannya, ia mengubah posisi tidur menjadi menyamping memeluk boneka kelinci dekil. Posisi itu hanya bertahan beberapa detik saja sebelum akhirnya berubah lagi.

Dasarnya sudah kehilangan kenyamanan setelah tidurnya diusik, dalam satu menit terakhir, posisi tidur bocah itu terus berubah.
Telentang.
Menyamping.
Tengkurap.
Dan yang paling baru: menungging dengan posisi pantat tepat di depan wajah pengasuhnya yang berbaring.

Maka, jangan menyalahkan Viola kalau melayangkan tepukan pelan pada pantat yang terpampang di hadapannya.

Askara mengelus-elus pantat sebentar sebelum membantingnya ke ranjang. Kini posisi tidurnya telentang menatap langit-langit kamar dengan mata sayu ditemani bibir melengkung ke atas.
"Papi."
Tidak ada yang berubah.
Papi adalah orang pertama yang bocah itu panggil.

"Hai!" sapa Viola dengan senyum mengembang ketika bola mata Askara bergulir ke arahnya. "Papi-nya Askara udah pergi kerja. Tadi udah pamitan, kan?"

Bola mata Askara bergerak ke atas ketika bocah itu berusaha mengingat soal kepergian papi. Baru setelah mengingat itu, kepalanya mengangguk pelan. "Kata Papi, hari ini ditemani akak sama Tante Pio."

"Yap, betul! Nanti kita main yang seru-seru sepuasnya."

"Iya," kata Askara tersenyum sangat tipis. Efek masih mengantuk, bocah itu belum banyak berekspresi.
Begitu duduk bersila dibantu Viola, ia bawa tangan kanannya pada sang pengasuh, lantas berkata, "garuk-garukin. Tangan aku gatal."

"Mana yang gatal?"

Telunjuk kecil tangan kiri Askara mendarat di pergelengan tangan kanan. "Di sini," beritahunya.
Tidak perlu mengulang kalimat permintaannya, tempat yang tadi ditunjuk sudah mulai digaruk pelan oleh pengasuhnya.

"Waduh, bentol nih. Digigit nyamuk kayaknya."

Askara mengamati bintik kemerahan yang timbul di kulitnya selama beberapa detik, lantas menoleh ke arah meja di samping ranjang. Di atas meja itu ada lotion dengan kemasan bergambar kepala bayi. "Papi oleskan itu kalau gatal-gatal," jelasnya pada Viola seraya menunjuk lotion anti-nyamuk.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang