Chapter 60

49.8K 3.4K 1.8K
                                    

P E M B U K A


Kasih emot dulu buat chapter yang diupload tengah malem ini 🐣

***

Rasakan ada yang mengganjal, Viola dengan rasa penasaran setinggi Askara, langsung lepas pelukan di tubuh calon suaminya. Lalu tanpa meminta izin, ia masukkan satu tangan ke saku jas pria itu guna pastikan sesuatu.

Dari sana ia keluarkan sebuah cokelat batang yang dihiasi pita berwarna merah di ujungnya. Ini mengingatkannya pada cokelat yang pernah Askara temukan di belakang sofa. Anehnya lagi, cokelat merk ini selalu tersedia di kulkas. Padahal Kala maupun Askara kurang menyukainya. Kalau memang Manggala yang beli, buat apa? Toh anak-anak tak pernah mau memakannya. Selalu ia yang berakhir makan cokelat-cokelat itu. Apa duda kaku itu sengaja membeli untuknya? Viola geleng-geleng kepala. Nasihati dirinya agar tidak terlalu percaya diri.

"Cokelat dari siapa, Yang?" tanyanya masih bisa tenang. Namun ketenangan itu dilenyapkan oleh prasangka yang bersumber dari sisi posesifnya. Manggala memang bisa dipercaya, tapi bagaimana dengan perempuan lain di luar sana? Ia jelas tak bisa mengontrol perasaan mereka. Membayangkan banyak perempuan lain caper ke calon suaminya yang sudah upgrade dari segala aspek ini, jiwa psikopat Viola meronta-ronta. Ia tidak terima. Tidak rela prianya digilai oleh perempuan selain dirinya.

Bisa nggak, sih, laki gue jadi beruk aja di mata perempuan lain?

Mengingat akhir-akhir ini Manggala sering pulang telat, jarang komunikasi ketika masih di kantor, dan banyak merekrut karyawan baru—yang kata Jiro mayoritas yang lolos adalah perempuan—Viola jadi cemas berlebihan.

"Sekantor, kan? Sebutin siapa aja orangnya. Pokoknya sebutin semuanya yang suka caper itu. Bakal aku garuk muka tuh cewek yang berani banget gatel ke calon suamiku. Kenapa diem? ... nggak mau ngaku? Mau lindungi mereka? Cih. Kamu pikir aku nggak bisa cari tau sendiri? Liat aja nanti apa yang bakal aku lakuin ke mereka! Jangan kira aku nggak berani obrak-abrik kantormu yang isinya cewek gatel itu, ya!"

Yang baru saja marah-marah, Manggala beri penenang dengan senyuman. Lalu ia buka kedua tangan sebagai bentuk undangan kepada calon istrinya, agar datang ke pelukan. Si cranky yang mudah luluh pun menghambur padanya. Membawa diri semakin menempel dalam dekap hangatnya. Meski berakhir dipukuli, ia tak keberatan soal itu. Biarkan calon istrinya bertindak semaunya.

Viola berhenti memukul dengan sendirinya. Saat itulah Manggala angkat dengan mudah tubuh perempuan itu dan bawa ke gendongan. Keduanya sempat lakukan kontak mata selama beberapa detik, sebelum akhirnya diputus oleh Viola yang menaruh kepala di pundak kokoh Manggala. Serta tautkan kedua lengan di tengkuk pria itu.

Manggala tersenyum tipis sewaktu calon mami anak-anaknya kembali rewel. Terus menuduh yang tidak-tidak dan berakhir jengkel sendiri. Karena itulah lehernya jadi korban. Digigit kuat sebagai pelampiasan. Meski begitu, Manggala tak marah. Si duda anak dua itu tepuk-tepuk pelan pantat Viola, undang dengkusan calon istrinya. Baru setelah dihadiahi pelototan, ia hentikan tindakannya—padahal baru saja tambah gerakan meremas tipis-tipis—kemudian bawa pengasuh sekaligus calon mami Askara dengan langkah pelan menuju kamar.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang