Chapter 61

41.9K 3.2K 3K
                                    

P E M B U K A

Maaf updatenya lama, gigi bungsuku berulah lagi yang bikin gusi nyut-nyutan 🤧 Gaenak banget kalo gigi bungsunya tumbuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf updatenya lama, gigi bungsuku berulah lagi yang bikin gusi nyut-nyutan 🤧 Gaenak banget kalo gigi bungsunya tumbuh. Mana hawa pasca pemilu masih kerasa asdfghjkl banget. Nambah gaenak nih badan :((

Ini dikasih chapter yang panjang kok, hampir 5k.

Silakan dikasih emot dulu sebelum baca

***

"Mamiw Pio! Mamiw Pio!"
Baru turun dari mobil Devano, Askara langsung berlari sekencang-kencangnya sembari terus memanggil sang mami. Tampak tak sabaran, ingin cepat-cepat menunjukkan hasil dari menjadi laki-laki penghibur. Sekaligus membuktikan kalau ia sudah bisa mencari uang sendiri, yang mana itu berarti sudah memenuhi syarat menjadi calon suami—sebagaimana dikatakan Om Jiro beberapa hari lalu.

"Hah hah hah."
Si tuyul magang terengah-engah di hadapan Viola. Sejak badannya semakin berisi, memang kondisinya seperti ini.  Lari sebentar saja sudah ngos-ngosan.  

Melihatnya seperti itu, Viola segera mengambil tindakan. Ia raih anaknya, kemudian dudukkan di sofa. Sippy cup berisi air mineral yang ada di meja, segera diangsurkan pada anak itu. "Nyot-nyot dulu, ya?"

Askara mengangguk patuh, lantas menerima sippy cup tersebut dan mulai aliri tenggorokannya yang mengering. "Mamiw Pio, lihat!" pintanya antusias begitu menaruh wadah minumnya di sofa. Ia tarik ujung saku kemejanya, memudahkan Viola melihat apa yang ada di dalam sana; uang hasil menjadi laki-laki penghibur.

"Di sini juga ada banyak sekali," katanya lagi, kemudian tepuk-tepuk saku celana yang penuh oleh hasil geolannya. "Yang di sini ada, tapi sedikit. Sudah aku pakai buat beli mainan," sambungnya seraya menunjuk saku celana di sisi lain.

"Uangnya mau ditabung? Kalau iya, Mamiw Pio ambilkan kardus uang punya Askara."

"Aku ambil sendiri saja, Mamiw Pio. Aku, kan, sudah jadi mas-mas. Jadi bisa ambil sendiri. Kekanak-kanakan sekali kalau harus dibantu orang besar."

Hendak melarang, tapi Viola terlambat. Pergerakan Askara memang sangat cepat. Tahu-tahu anak itu sudah berlari kencang menuju ruang tengah—tempat dimana kardus uangnya berada.

"Loh, kok nggak ada?"
Devano yang ditinggal Askara, dibuat heran saat tak mendapati keberadaan anak itu sesampainya di ruang tamu. Pria itu celingukan menyisir sekitar sampai ke kolong meja dan belakang sofa.  "Askara kemana lagi, Pi?"

"Lagi ngambil sesuatu. Papa duduk aja dulu, bentar lagi juga balik anaknya," kata Viola kemudian memanggil asisten pribadinya. Meminta mereka untuk membuatkan minum sekaligus menyiapkan suguhan untuk papanya.

Selain hal-hal yang berkaitan dengan Manggala secara langsung, ia memang lebih banyak mengandalkan peran dua asisten pribadinya. Maka tidak heran kalau orang lain masih melihatnya sebagai Viola yang tak becus melakukan pekerjaan rumah, Viola si anak Devano yang selalu mengandalkan orang lain, dan serangkaian sebutan yang mengarah kalau ia tak bisa melakukan apa-apa sendiri.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang