Chapter 8

96K 5.4K 481
                                    

P E M B U K A

Sengaja di crop biar nggak bisa nebak itu siapa 🤭 Inisialnya Nawasena ManggalaClue-nya duda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sengaja di crop biar nggak bisa nebak itu siapa 🤭
Inisialnya Nawasena Manggala
Clue-nya duda

Happy reading, yaaa

***

"Mending Papi ngaku sekarang! Aku yakin, Papi sama Tante Viola pasti ada apa-apanya! Kalian pacaran, kan? Jujur aja deh. Percuma ditutup-tutupi, ujungnya bakal ketauan juga. Aku bukan anak kecil! Kalau Papi nggak mau ngaku, aku bakal lapor ke Pak RT!" ancam Kala serius.

Setelah misuh-misuh tidak jelas karena Manggala nekat ambil keputusan tetap menjemput Viola sebelum mengantarnya ke sekolah, ujungnya Kala kembali mendesak sang papi untuk mengaku. Meski sudah disangkal berkali-kali, remaja itu masih belum sepenuhnya percaya. Bagaimana bisa dipercaya kalau sikap papinya pada si sableng terus saja mengarah ke kecurigaannya? Selalu dibela, diperlakukan istimewa, dan jangan lupakan gagasan gila Manggala yang izin mengajak Viola menginap dengan menjadikan Askara sebagai alasan. Wajar, kan, kalau Kala semakin curiga mereka memang mau kumpul kebo seperti pengakuan perempuan sontoloyo waktu itu. Saat dirinya dan sang adik tertidur pasti akan dimanfaatkan untuk asyik-asyik berdua. Kala yakin itu. Pengasuh centil itu pasti akan menggoda dan berakhir merusak papinya.

"Lapor apa, Kala? Kamu jangan aneh-aneh," ujar Manggala dengan nada putus asa. Lelah sekali menghadapi fitnah-fitnah kejam anaknya yang tidak berkesudahan itu.

"Askara, pakai baju dulu. Hey, jangan kabur!" Belum menyelesaikan urusan dengan Kala, Manggala bangkit sembari menenteng stelan si bungsu, lantas mengejar Askara yang lari kencang setelah badannya dibaluri minyak telon. Ia pikir setelah drama mandi, tidak ada drama-drama lagi karena pagi ini Manggala tidak memiliki banyak tenaga untuk meladeninya. Tenaganya sedang ia siapkan untuk mengurus pekerjaan yang selalu menumpuk di hari Senin.

"Lepas, Papi! Lepas! Aku nggak mau pakai baju. Huhah! Panas! Hah hah!"

Meski terus memberontak dan berteriak keras di dekat telinganya, Manggala tidak melepaskan Askara begitu saja. Tetap memaksa anak itu memakai baju. "Askara," tegurnya ketika baju yang sudah berhasil dipakaikan hendak dilepas kembali.

"Justru Papi yang aneh-aneh sama Tante Viola!" cerca Kala kesal ketika Manggala kembali sembari menggendong Askara yang tidak mau diam. "Liat aja, aku bakal bongkar skenario kalian ke Pak RT. Biar Pak RT tau kalau ada warganya yang kumpul kebo berkedok jadi pengasuh! Biar aja sekalian digrebek warga! Nggak cuma itu, aku juga bakal ngadu ke oma, Tante Ji, sama Om Jun. Seluruh dunia harus tau kelakuan Papi sama Tante Viola!"

Manggala menatap si sulung selama beberapa detik sebelum menurunkan Askara dari gendongan. Kala diminta menjaga bocah itu selagi ia memasukkan barang keperluan si bungsu ke tas minion.
"Berapa kali Papi harus bilang kalau Papi itu nggak ada hubungan apa-apa sama Tante Viola? Kamu ini kenapa, sih? Terus-terusan nuduh Papi yang nggak-nggak. Papi bingung kalau kamu udah nggak percaya kayak gini," keluh Manggala tidak habis pikir dengan jalan pikiran anak sulungnya. Lama-lama capek juga memaklumi semua sikap Kala.

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang