Chapter 26

88.5K 4.4K 1.2K
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu sebelum baca chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih emot dulu sebelum baca chapter ini

***

Kalau ada penghargaan untuk majikan terbaik, Manggala lah yang layak mendapatkan penghargaan itu.

Majikan mana yang mau bangun pagi dan repot-repot menyiapkan sarapan untuk pengasuh anaknya yang masih enak-enakan tidur? Padahal semalam ia kelelahan setelah bermain sampai pukul 01.00. Sudah selarut itu pun, begitu kembali ke kamar, Manggala tak langsung pergi tidur. Bagaimana bisa tidur kalau di detik pertama menutup kelopak mata, wajah sayu Viola yang tengah memuaskannya memenuhi kepala.

Majikan mana yang begitu baik hati datang ke kamar pengasuh anaknya dengan membawakan sarapan buatannya?

Majikan mana yang rajin beberes di kamar pengasuh anaknya? Memunguti pakaian korban semalam yang berserakan di lantai.

Majikan mana yang begitu sabar membangunkan pengasuh anaknya dengan lembut dan penuh kasih sayang? Sementara yang dibangunkan hanya mengerang-erang kecil dan bergerak hanya untuk mencari posisi tidur yang lebih nyaman.

Majikan mana yang mau meminta maaf ketika pengasuh anaknya mengerang kesal ketika tidurnya diusik?

Manggala.
Hanya Nawasena Manggala.
Tidak ada majikan yang lebih baik dari pria itu. Tidak ada majikan yang memperlakukan pengasuh anaknya sebagaimana Manggala memperlakukan Viola.
Tidak ada!

"Bangun dulu, Viola," pinta pria yang sudah rapi dengan setelan kantorannya di jam setengah enam pagi. Kegiatan bersama Viola semalam, tak menjadi alasannya untuk bangun siang. Apalagi bermalas-malasan. Justru karena mendapat pelepasan berkat bantuan Viola, Manggala bangun dengan tubuh jauh lebih segar dari biasanya sekaligus mendapat semangat baru.
"Viola."

Pada akhirnya—setelah Manggala mengulang permintaannya sebanyak empat atau kali disertai guncangan pelan di pundak—Viola pun terpaksa membuka mata. Kerutan samar muncul di sekitaran dahinya. Ia memang sangat keberatan tidur nyenyaknya terpaksa harus diakhiri secepat ini. Jangan lupakan kegiatan semalam yang membuat jam tidurnya terpangkas banyak.

Seharusnya setelah menemaninya bermain dan membantu Manggala menjemput si putih, ia mendapat rewards berupa jam tidur sampai siang dan dibebaskan dari beban apapun. Bukan malah dibangunkan pagi-pagi seperti ini. Memang Manggala ini tidak ada pengertiannya sama sekali!

"Masih pagi, Viola. Ngambeknya nunggu agak siangan." Manggala mencoba melucu. Disingkirkannya rambut-rambut yang menutupi dahi Viola sebelum ia beri usapan lembut di sana. Berharap usahanya ini bisa hilangkan kerutan yang muncul karena kekesalan empunya.

Pada pria yang terlihat begitu segar pagi ini, ia tunjukkan sorot kesal dan wajah bantal yang merengut tak suka.
"Sakit tau," ungkap Viola melebih-lebihkan keadaan seraya menyentuh pundak kiri. "Gue, kan, udah pernah kasih tips. Kenapa nggak dipake, sih? Apa susahnya kalau mau bangunin gue tuh dicium aja sampe sesek napas? Jangan main guncang-guncang pundak kek orang asing yang nggak pernah disepong aja!"

Naughty NannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang