Prolog

3K 202 17
                                    

"Orang kayak gitu, tuh, matinya kalau enggak jadi tumbal proyek, ya, muntah paku kena santet! Enggak menghargai kerja keras orang banget. Kalau sistem yang di-setting buat selalu benar aja bisa salah, gimana kita yang manusia coba? Jelas-jelas tempatnya khilaf dan salah," ucap pemuda berseragam maroon.

"Iya, aneh. Padahal, kabarnya dia cuma cucu tirinya Pak Marsel, tapi bossy dan perfeksionis banget orangnya." Lelaki satunya menimpali.

"Pak Marsel yang punya aja enggak seperti itu. Di cabang mana pun Pak Marsel terkenal bijaksana orangnya. Makanya gue masuk sini, ya, karena tadinya mikir bakal Pak Marsel langsung yang pimpin. Eh, malah sama cucunya yang setengah sableng."

"Dengar-dengar, anaknya Pak Marsel juga bobrok, sih, jadi mungkin ini hasil didikannya."

"Apes banget Pak Marsel punya anak sama cucu begitu."

Sebenarnya, kalimat-kalimat demikian sering Hegar dengar. Jadi, bukan lagi sesuatu yang akan membuatnya sakit hati. Berkonflik dengan karyawan sudah menjadi makanan sehari-harinya sejak beberapa tahun lalu, terutama di cabang baru. Sang kakek memiliki beberapa apotek, klinik, hingga toko alat kesehatan yang berhimpun di bawah naungan Infinity. Masing-masing cukup terkenal di bidangnya. Tentu saja Hegar ambil bagian dalam proses pengembangannya.

"Ibunya juga orang enggak benar. Jadi, kalian pikir sifat positif apa yang bakal diturunin?"

Semula Hegar diam saat mereka semua menggunjingnya. Namun, ketika nama sang mami terseret, Hegar tak bisa diam saja. Lelaki itu keluar dari salah satu bilik toilet, kemudian membasuh tangan di wastafel. Tiga pria yang semula sibuk bergosip pun kompak terkejut melihat kehadirannya yang tiba-tiba.

Lantas, dengan tenang ia berkata, "Toilet bukan tempat bergunjing dan kalian juga enggak saya bayar untuk melakukan itu. Kalau kalian merasa enggak suka dengan saya yang seperti ini, kalian bisa berhenti. Enggak ada paksaan untuk tetap tinggal. Jadi, tolong jangan pernah merendahkan mami saya."

Usai berujar demikian, Hegar langsung pergi. Ia tidak berkewajiban menjelaskan tentang dirinya kepada siapa pun, bukan? Karena cepat atau lambat mereka akan tahu dengan sendirinya seperti apa orang yang mereka sanjung dan kebenaran dari seseorang yang mereka caci maki.

|Bersambung|

Kalian enggak perlu baca Unspoken Words dulu kok. Cuma kalau pengen tau sedikit tentang maminya Hegar, ya, boleh mampir ke sana hehehe.

Aku Banyak LukanyaWhere stories live. Discover now