Chapter 28

976 123 9
                                    

[Heksa]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Heksa]

[Reksa]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Reksa]

***

"Bang, kenapa Hegar bisa kayak gini?"

Reksa menggeleng. Semuanya terjadi begitu saja. Hegar tiba-tiba tak sadarkan diri saat Reksa membawanya berjalan-jalan sekitar rumah sakit. Padahal, anak itu tak menunjukkan rasa sakit atau rasa tidak nyaman ketika Reksa memutuskan untuk meminta izin pada dokter, menuruti keinginannya. Namun mengapa Hegar justru tumbang saat bersamanya?

Genta menepuk pundak Heksa lembut, berusaha memberitahu bahwa Reksa sekarang pun tidak dalam kondisi baik. Sejak tadi Genta melihat Reksa hanya duduk diam dengan tatapan kosong. Sudah berkali-kali Genta menawarkan minuman dan makanan, bahkan menawarkan diri untuk mengantar Reksa pulang, tetapi lelaki itu hanya diam.

Sadar ada yang tidak beres, Heksa berjalan mendekat, kemudian duduk di samping kembarannya.

"Apa kali ini gue terlambat lagi, Dek?"

Seketika Heksa tahu maksudnya. Meski tidak dikatakan langsung, Heksa menangkap ketakutan luar biasa dalam diri Reksa. Heksa membawa tubuh sang kakak ke dalam rengkuhnya, kemudian berkata, "Enggak ada yang terlambat, Bang. Lo hebat. Walaupun belum sepenuhnya, lo udah bisa berdamai sama semua yang pernah terjadi."

"Tapi, papa pergi karena gue egois, gue enggak bisa bersikap baik. Gue lagi belajar buat enggak kayak gitu sekarang, apa masih ada kesempatan?"

"Hegar enggak ke mana-mana, Bang. Dia bakal tetap di sini sama kita. Anggap dia lagi capek dan butuh istirahat. Tugas kita sekarang cuma mendoakan. Dia punya kita sekarang, dan gue yakin dia pasti berusaha sekuat tenaga buat balik sama kita."

"Dia bilang capek. Pengin istirahat."

Heksa mengeratkan pelukannya. Wajar dalam diri Reksa banyak ketakutan. Heksa pernah sekarat dan nyaris membuat Reksa kehilangannya. Di saat dia belum sembuh sepenuhnya, sang papa yang mati-matian memohon maafnya akhirnya pergi meninggalkan mereka untuk selamanya. Sekarang, di saat Reksa berusaha memaafkan masa lalunya, Hegar justru kritis. Bagaimana Reksa tidak terpukul? Dia yang sejak remaja memikul semua beban sendirian.

Aku Banyak LukanyaWhere stories live. Discover now