Chapter 9

1.1K 112 22
                                    

Pandega Reksa Baskara. Nyaris semua bisa memprediksi akan seperti apa pemuda itu di masa depan. Dia pintar, kompetitif, dan dilahirkan dari keluarga berada yang siap menunjang biaya pendidikannya. Terbukti dengan tersematnya gelar dokter spesialis penyakit dalam di belakang nama lelaki itu.

Apakah semua pencapaiannya cukup membuat Reksa bahagia? Seharusnya iya. Sang mama masih sehat, Heksa masih bersamanya, Reksa juga berhasil menikahi perempuan yang dia cintai hingga dikaruniai seorang putra. Namun, siapa sangka pahit masih begitu erat memeluknya. Kehilangan sang ayah jelas meninggalkan luka mendalam, sekalipun selama bertahun-tahun ia hidup dengan rasa benci. Apa yang dilakukan sang ayah baginya tak termaafkan. Reksa tidak bisa bersikap baik bahkan bertemu hingga ayahnya mengembuskan napas terakhir.

Reksa sibuk menyalahkan dirinya, juga orang-orang yang membuatnya membenci sedemikian dalam. Orang itu Helena dan putranya. Jadi, jangan tanya bagaimana Reksa hidup terutama setelah sosok Hegar dewasa kembali di hidupnya. Pemuda itu datang, memohon pengampunan juga sebuah pengakuan. Mereka semua menyambut, hanya Reksa yang tetap keras kepala membenci.

Hari ini Heksa tiba-tiba menghubunginya dan mengatakan bahwa semalam Hegar dilarikan ke rumah sakit tempat di mana Reksa bertugas. Tentu saja Reksa tidak peduli. Namun, kata-kata Heksa menamparnya keras. 'Bang, kalau lo enggak bisa melihat dia sebagai adik kita, lihat dia sebagai manusia. Apalagi lo dokter.' Itulah alasan mengapa sekarang Reksa di sini. Di depan kamar rawat Hegar.

"Sa, ngapain di sini?" Yohan yang tak sengaja melihat Reksa berdiri di depan salah satu kamar rawat pasien.

Reksa terkesiap mendengar suara Yohan yang tiba-tiba.

"Heksa nyuruh gue lihat Hegar."

"Ya udah, masuk aja. Tadi, sih, anaknya lagi tidur."

Pria itu menggeleng tegas. "Lo bisa laporin kondisinya sama Heksa."

"Heksa nyuruh lo, jadi lo bisa bilang sendiri. Kondisi lambung Hegar enggak begitu baik. Dia datang dalam kondisi enggak sadar. Keluhan sebelumnya pusing, mual, muntah setelah konsumsi alkohol. Lo cuma punya dua pilihan, pantau dia sendiri sampai kondisinya membaik atau melibatkan Heksa dan bikin dia kepikiran. Sebenarnya, lo bisa egois, dan berhak buat enggak memilih antara keduanya, tapi adik lo Heksa bukan tipe orang kayak gitu."

Reksa langsung diam. Di satu sisi, Reksa tidak ingin Heksa dibebani dengan apa pun, tetapi di sisi lain ia juga belum bisa memaafkan dan seberat itu harus bertemu apalagi basa-basi tentang kondisi Hegar.

"Keputusan sepenuhnya ada di tangan lo. Gue tahu luka lo, gue juga memahami rasa sakit kalian semua. Tapi, lo harus tahu yang Hegar rasakan lebih dari itu, bahkan dari dia kecil. Kalian tumbuh dengan luka masing-masing, dan gue tahu ... lo bisa merasakan itu lebih baik daripada gue," ujar Yohan. Tadinya ia ingin menahan diri, tetapi tidak tahan juga melihat sahabatnya bertahun-tahun terkurung dalam kebencian. "Kalau lo mau masuk, masuk aja. Kalau mau pergi pun pergi aja, jangan berdiri di situ karena kalau Hegar lihat, dia bakal lebih sakit," lanjutnya sembari menepuk bahu Reksa, kemudian berlalu dari hadapan lelaki itu.

Akhirnya, setelah cukup lama mematung di sana, Reksa memutuskan untuk masuk ke kamar rawat Hegar. Begitu masuk, ia tak mendapati siapa pun. Pria itu merotasikan pandangannya, mencari keberadaan Hegar, sampai tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Hegar keluar dari sana dengan wajah pucatnya. Sama sepertinya, Hegar juga tampak terkejut.

"Mas." Bibir pucat lelaki itu bertutur lirih. Meski kembar identik, Hegar tahu itu bukan Heksa karena profesi mereka jelas berbeda. Jas kebesaran, sebuah stetoskop yang dikalungkan di leher, lengkap dengan sebuah tanda pengenal membuat Hegar sadar siapa yang saat ini berdiri mematung di ruangannya. Itu Reksa.

"Saya ke sini karena Heksa."

Hegar menyunggingkan senyum tipis. Namun, sebelum memberikan tanggapan, ia memilih kembali ke ranjangnya lebih dulu. Masih cukup lemas jika harus berdiri terlalu lama.

Aku Banyak LukanyaWhere stories live. Discover now