Chapter 1

1.8K 132 37
                                    

[Infinity Bandung]

Saya
Saya lihat di CCTV lampu masih gelap.
Poli belum buka? Admin sama yang lain pada ke mana?
Dokter yang jaga siapa hari ini?
Kenapa belum datang?

Leona Admin
Maaf, Mas.
Saya masih di sekitar Dayeuhkolot kejebak macet soalnya dari semalam banjir.

Saya
Sudah tahu banjirnya dari semalam, kenapa pagi ini enggak berangkat lebih awal? Hal-hal seperti ini seharusnya bisa kamu antisipasi.

Andini Perawat
Hari ini yang jaga Dokter Ardiansyah, Mas, penggantinya Dokter Ismi. Tadi saat dihubungi, beliau bilang ada urusan mendadak jadi tidak bisa jaga hari ini.

Saya
Hubungi dokter maksimal H-1 karena kita harus cari pengganti yang memang siap dan bisa tepat waktu. Telepon Dokter Ardiansyah sekarang dan tanyakan posisinya. Di luar sudah ada pasien.

Saya
Alea, atau siapa pun itu yang jaga di apotek tolong arahkan pasien untuk menunggu di ruang tunggu. Nyalakan lampu. Minta mereka scan barcode yang ditempel di papan informasi untuk nanti melakukan pendaftaran online. Kita mula uji coba sistem pendaftaran baru per hari ini.

Saya
Genta pastikan seluruhnya sudah terkoneksi, jangan sampai ada hal-hal yang tidak diinginkan.

Genta Bocil IT
Baik, Mas.

Usai bicara panjang lebar di grup, Hegar menyimpan ponselnya, kemudian menelungkupkan kepala di atas lipatan tangan. Ia tidak pernah peduli dibenci semua orang yang terpenting keinginan kakeknya terpenuhi, tanggung jawabnya diselesaikan, dan maminya pun bahagia. Karena di dunia ini, hanya sang mami yang Hegar punya.

"Kamu pikir saya bisa menerima seseorang yang membuat keluarga saya berantakan? Kamu pikir saya bisa memaafkan seseorang yang membuat saya membenci ayah saya sampai napas terakhirnya? Enggak. Kamu alasan adik saya ditinggalkan, kamu alasan mama saya terluka seumur hidupnya, kamu  adalah luka untuk semua orang."

Pemuda itu bangkit sembari membekap mulut, berlari secepat mungkin ke arah kamar mandi, kemudian memuntahkan isi perutnya di sana. Reaksi seperti itu normal ia rasakan setiap kali teringat ucapan sang kakak. Hegar pernah berusaha meminta pengampunan, tetapi tak semua menyambutnya dengan hangat. Reksa satu-satunya yang bereaksi keras menolak kehadirannya, dan Hegar tak bisa berbuat apa-apa. Reksa, bahkan mereka semua berhak marah.

Dia membungkuk semakin dalam, memuntahkan kembali isi perutnya yang bahkan belum terisi apa pun, saat dengan kurang ajar kalimat-kalimat menyakitkan dari orang lain pun terngiang di telinganya. Mereka menjadikan maminya bahan candaan, mengolok, bahkan tak segan merendahkannya. Sial! Hegar benci mendengar itu semua, tetapi ia juga tak bisa membantah fakta bahwa dulu maminya memang bersalah.

Hegar mengambil napas panjang. Dia berusaha tenang agar gejala yang muncul tidak semakin tak terkendali. Hal seperti ini sering terjadi sejak Hegar kecil. Alasannya sama. Dunia terlalu mengerikan untuknya. Skandal besar sang mama dengan seorang pengusaha ternama yang tak lain adalah ayah kandungnya memberi dampak luar biasa. Padahal, Hegar tidak melakukan apa pun. Ia sekadar dipaksa lahir ke dunia karena perbuatan dua manusia dewasa.

Yakin tidak akan muntah lagi, pemuda itu berjalan tertatih kembali ke kamar. Tubuhnya lemas, tetapi ia harus tetap bekerja. Dengan sisa-sisa tenaganya, Hegar langsung bersiap. Namun, sebelum benar-benar berangkat, Hegar menyempatkan diri menghubungi sang mami. Sudah lebih dari tiga bulan ia dan maminya hidup terpisah. Perempuan itu di Jakarta, sedangkan Hegar terpaksa pindah ke Bandung karena sang kakek memintanya membuka cabang baru di Bandung. Agak memusingkan memang karena biasanya tak lebih dari satu tahun ia menetap di satu kota. Jika klinik, apotek, dan toko alat kesehatan di kota tersebut sudah berkembang dan ada orang yang benar-benar bisa dipercaya, Hegar langsung diperintahkan pergi ke kota lain.

Aku Banyak LukanyaWhere stories live. Discover now