356 Hari | 8

1.1K 139 6
                                    

"Mau menikah denganku?!"

Sekali lagi, setiap kali Kallana mengingat kata itu, Kallana merasa ada sesuatu yang menusuk.

"Kamu benar-benar menyedihkan Kallana."

"Aku menyesal pernah berpacaran denganmu!"

"Ada orang lain yang lebih bisa membuatku bahagia."

"Hahh," Kallana meringis setiap kali ia mengingat itu. Setiap kali tiba-tiba ia ingat bagaimana seseorang yang ia percaya mencampakkan dirinya begitu saja. Layaknya sebuh pakaian yang tak lagi layak pakai.

Meremas rambutnya erat, Kallana merasa kepalanya ingin pecah. Sakit dan nyeri secara bersamaan.

Mau menikah denganku?!

Ayo mencoba, Kallana!

Kallana menurunkan tanganya, menatap kartu nama di depannya lama.

Hubungi aku kalau kamu sudah memiliki jawabannya.

Jawaban?

Ada air ludah yang Kallana telan kuat. Ia paksa membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Lalu, setelahnya ia raih kartu nama di depannya dan bangkit.

*****

Elemen mengedarkan pandangannya ke penjuru arah dan berhenti begitu menemukan seorang wanita yang bangkit dari tempat duduknya dan menatap ke arahnya.

Tanpa pikir panjang ia segera melangkah mendekat, tersenyum simpul begitu melihat bagaimana wanita didepannya tersenyum kikkuk.

"Sudah pesan sesuatu?" Tanyanya begitu mereka duduk dan Elemen duduk tepat di depan Kallana yang masih menatapnya.

Kallana mengangguk selagi Elemen membolak-balik buku menu. Tampak serius dengan benda itu.

"Aku kira, aku sudah memikirkannya." Seru Kallana tiba-tiba, yang sekilas berhasil menarik perhatian pria di depannya.

Sekilas Elemen mengangkat pandangannya. Mengangguk dan kembali menunduk. Berusaha menahan diri agar tak menatap wanita di depannya lebih lama.

"Lalu?" Tanya Elemen karna tak kunjung mendengar kelanjutan jawaban wanita di depannya.

"A-ku,... akan mencobanya."

Kini Elemen sepenuhnya menatap Kallana. Menatap wanita yang juga tengah menatapnya.

Ia bisa dengan jelas melihat bagaimana kedua mata itu menatapnya ragu juga bimbang.

"Kamu yakin?" Elemen mengunci kedua mata itu. "Sudah memikirkannya dengan serius?"

"Hmm?"

"Aku nggak mau kamu berubah pikiran nanti, jadi-"

"Kita hanya akan mencobanya, kan?" Selanya cepat. "Tidak tahu akan gagal atau tidak, tapi aku ingin mencobanya."

Elemen diam, namun jelas kedua mata itu menunjukkan keraguan yang nyata. Elemen bahkan tidak tahu kenapa dia bisa menawarkan hal gila itu pada wanita di depannya.

Apa hanya karna ia merasakan kekecewaan yang besar, hingga ia berubah nekat? Dan lebih gilanya lagi, wanita di depannya menerima tawarannya begitu saja. Tawaran yang bakan ia kira akan ditolak mentah-mentah oleh wanita itu. Elemen bahkan berharap jika ia akan menerima tamparan keras, atau cacian penuh amarah dari wanita di depannya. Tapi apa ini? Kenapa jadi begini?

Tidak kah ia layaknya pria brengsek yang memanfaatkan kesulitan orang lain? Terlebih itu adalah seorang wanita.

"Kamu yakin?" Sekali lagi Elemen memastikan. Karna mendadak ia yang berubah ragu.

Kallana; Pernikahan 365 Hari (SELESAI)Where stories live. Discover now