365 Hari | 28

786 100 10
                                    

Langkah Kallana yang berjalan tanpa arah terhenti begitu seorang pria berdiri di depannya dengan tiba-tiba.

Pria itu diam, sama diamnya dengan Kallana. Membuat Kallana tidak tahu harus melakukan apa selain diam.

Balik menatap kedua mata itu, Kallana hanya bisa menemukan marahan di sana. Yang entah mengapa membuat Kallana merasa ragu untuk mendekat.

Jadi dia diam, membiarkan lelaki itu untuk pergi dan melewatinya seperti tadi. Dengan kata 'tunggu di sini' hanya ucapan itu yang pria itu ucapkan sebelum dia pergi. Meninggalkan Kallana begitu saja dan diikuti oleh wanita yang baru Kallana tahu bernama Viona. Mantan kekasih pria itu yang berhasil membuat pria itu menikahinya. Juga wanita yang katanya sangat pria itu cintai.

Pria itu mendekat. Membawa langkahnya terus mendekat hingga berdiri di depan Kallana.

Kallana bahkan harus sedikit mendongak guna membalas tatapan itu.

"Aku sudah pesankan makan malam."

Kallana hanya menarik sudut bibirnya. Tipis. Karna kaku sekali rasanya. Dia kesulitan hanya untuk menarik sudut bibirnya. Namun lebih menyulitkan lagi jika harus membuka suaranya.

"Kamu ingin membersihkan diri terlebih dahulu sebelum makan malam kita tiba?"

"Aku-"

"Aku sudah meminta pak Handoko untuk menyiapkan beberapa pakaianmu. Atau kamu ingin kita keluar dan mencari pakaian ganti di luar?"

Di luar mendung. Seperti akan turun hujan. Jadi Kallana memilih menggeleng. "Aku akan pakai-pakaian yang disiapkan pak Handoko."

Elemen mengangguk mengerti. Yang seketika membuat Kallana merasa canggung sekali.

Sebenarnya apa yang pria di depannya ini katakan dengan mantan kekasih pria itu? Kenapa Kallana merasa jika pria di depannya ini sedari tadi tampak bimbang.

"Ayo, kita makan malam dulu." Ajak Elemen. Kembali membuat Kallana mengangguk.

Dan Kallana dibuat terkejut ketika pria itu meraih satu tangannya. Menggenggamnya dan kembali menuntunnya.

Mereka kembali ke ruang makan, tempat yang sempat membuat Kallana dan Satria berdebat tadi. Tempat yang sama, yang menyadarkan dia bagaimana dia yang selama ini tak cukup mengenal seorang Satria.

Bertahun-tahun menjalin kasih dengan pria itu, Kallana bahkan baru tahu jika Satria bisa berbuat senekat itu. Dia bahkan mendatangkan kekasih Elemen disaat pria itu bersamanya. Entah apa maksudnya, namun Kallana benci ketika melihat Satria berbuat senekat itu.

Seperti ada kekhawatiran juga ketakutan tak kasat mata. Yang mengepung tubuh Kallana hanya saat Elemen pergi begitu saja dengan wanita lain.

Entah semua itu karna dia belum mendapatkan apa pun di sini. Atau dia takut jika hanya dia yang tak mendapatkan apa-apa?

Masalah datang bertubi-tubi padanya, pekerjaannya bahkan baru berangsur-angsur membaik. Dan bagaimana jika disaat dia belum memiliki rencana apa pun, Elemen mencampakkannya seperti Satria dulu mencampakkannya? Apa hanya dia yang akan berakhir menyedihkan di sini?

Mengedarkan pandangannya, Kallana menghembuskan nafas lega saat tak menemukan Satria di mana pun. Pria itu mungkin sudah sangat marah dan memilih pergi-setelah apa yang ia katakan juga lakukan pada pria itu.

Kallana dan Elemen baru akan duduk di depan meja pantry. Namun langkah seseorang yang mendekat membuat mereka menoleh.

Bisa Kallana lihat bagaimana seorang wanita itu melangkah mendekat . Hanya dengan wanita itu berjalan pun, bisa Kallana lihat dari tempatnya. Jika wanita itu tampak begitu cantik. Pantas saja Elemen begitu tergila-gila pada wanita itu. Wanita itu memang terlihat begitu cantik juga anggun. Jauh berbeda dengan Kallana yang kini biasa-biasa saja.

Kallana; Pernikahan 365 Hari (SELESAI)Where stories live. Discover now