365 Hari | 37

499 84 2
                                    

Malam semakin sunyi, semakin sepi. Bahkan diantara kantuk dan beratnya mata terbuka. Kallana merasakan sesuatu, basah tapi juga hangat berada di atas perutnya. Namun entah mengapa, membuatnya merasa nyaman.

Membuka mata yang masih benar-benar berat. Ia temukan wajah seseorang, diantara remang pencahayaan lampu tidur.

Dia menunduk, masih berada di tempatnya saat Kallana hendak terlelap. Kallana tersenyum-yang berhasil menarik perhatian pria itu yang kini balas tersenyum ke arahnya.

Ah, tampan sekali. Kallana bergumam dalam hati. Dan pria tampan itu suaminya saat ini.

"Gimana? Udah enakan?"

Kallana sedikit menunduk, melirik apa yang kini pria itu lakukan.

Ada handuk yang di gulung panjang, diletakkan di atas perutnya. Hangat. Handuk itu terasa hangat. Tapi juga membuatnya nyaman.

"Katanya ngompres perut dengan handuk hangat bisa buat kram perutnya agak mendingan." Beritahu Elemen. Yang saat Kallana mendengarnya, manis sekali.

"Ini emang mendingan." Suara Kallana serak. Bergerak miring dan menatap wajah itu lebih leluasa.

Diantara tamaran cahaya lampu tidur, wajah itu bahkan terlihat enak dipandang. Dan Kallana suka melihatnya secara terang-terangan seperti sekarang.

"Mas nggak tidur?" Tanyanya saat Elemen meraih handuk itu, meletakkannya di pinggir sebuah baskom-yang Kallana yakini adalah air hangat. Karna saat handuk itu di letakkan di atas perutnya. Perutnya kembali terasa hangat dan nyaman. Dan benar saja, rasa tidak nyaman itu berangsur-angsur tidak lagi Kallana rasakan.

"Sebentar lagi."

"Perut aku udah nggak kram." Kedua tangan Kallana bertumpu. Terlipat di bawah kepalanya dan dijadikannya sebagai bantalan. Memperhatikan wajah itu lebih serius. "Ini pasti udah malam banget."

Elemen sempat melirik Kallana sebelum kembali sibuk dengan kegiatannya mengompres perut wanita itu. "Baru jam satuan."

"Emang mas nggak capek?" Pria itu pasti seharian ini sudah bekerja keras. Dia bahkan pulang pukul tujuh tadi. Dan sekarang, harus mengompres perutnya Kallana? Pasti pria itu sangat lelah.

"Biasa aja."

"Masa sih?"

Elemen melirik istrinya itu. Sekilas sebelum kembali sibuk dengan kegiatannya.

"Mas?"

"Hmm,"

"Udah jadi makan tadi?"

"Udah."

Melihat bagaimana istrinya sudah mulai banyak bicara dan rona wajahnya lebih baik dari sebelumnya. Elemen menyudahi kegiatannya. Memasukkan handuk ke dalam baskom dan hendak bangkit. Namun gerakannya terhenti begitu lengannya di tahan. Dia menoleh. Menemukan kedua mata itu menatapnya serius.

"Kenapa?"

"Mas tahu aku tadi dari rumah mama?"

"Kamu udah bilang kan tadi?" Istrinya itu, bahkan pamit sebelum pergi. Karna kebetulan Elemen tidak bisa menjemputnya. Elemen meminta supir salah satu ibunya untuk menjemput Kallana. Memintanya datang dan mengantar istrinya itu.

"Iya. Cuman mas nggak pengen tahu apa aja yang aku dan mama obrolin di sana?"

"Ini masih malam." Elemen bangkit. Membereskan baskom dan menyingkirkannya. Membuat Kallana yang melihat suaminya memilih masuk ke kamar mandi ketimbang mendengarkan ceritanya pun cemberut.

Dia bahkan bangkit dan duduk. Memperhatikan pintu kamar mandi hingga suaminya itu keluar dari sana dan melangkah ke arah ranjang.

"Ayo tidur lagi. Udah nggak sakit kan perutnya?" Elemen kembali mendekat ke arah ranjang. Ikut bergabung di sana hingga membuat Kallana sedikit bergeser dan memberi ruang.

Kallana; Pernikahan 365 Hari (SELESAI)Where stories live. Discover now