3rd 'Ada Apa?

9.8K 637 4
                                    

"Tofu, sekarang angkat dan bawa ke sana." Riusa menunjuk saudari kembarnya, Riuna yang sedang menunggu di sisi lain sofa. Ia memerintah Tofu agar membawa replika rumah-rumahan stik yang baru mereka buat. Riusa berjanji, kalau bocah itu berhasil membawa tanpa merusaknya, maka mereka akan bermain air di halaman rumah nanti. Perlu diketahui, sudah dua jam lamanya cowok itu dilendoti si kecil yang merengek untuk main air ke luar.

Tentu saja Riusa tidak mau mati muda, jadi dengan penuh percaya diri ia merekayasa replika rumah itu. Riusa yakin, baru menyentuh saja pasti Tofu sudah merusaknya.

"Uh? Na? (Ke sana?)" Riusa mengangguk. Ia menahan tawa melihat wajah Tofu yang kentara sekali sedang ragu. Sepertinya bocah itu sadar, bahwa ia pasti akan gagal.

"Kenapa? Tidak bisa?" Riuna yang berada di seberang, bertanya. Lama-lama ia lelah juga hanya menunggu si kecil yang tak kunjung bergeming.

"Ca! Tal! (Bisa! Sebentar!)" seru Tofu. Setelahnya, anak itu justru pergi menuju kamar entah mencari apa. Meninggalkan sepasang anak kembar yang kebingungan karenanya.

Tak butuh waktu lama, sekitar tiga menit kemudian Tofu kembali. Namun, ia juga tak sendiri. Worgan berjalan membungkuk karena Tofu menggandeng tangan pria itu. Tidak usah diperjelas mengapa 'kan?

"Tu, papa ntu Pu. (Itu, papa bantu Tofu.)"

Riusa dan Riuna membelalak. Apa bocah itu pergi mencari bantuan? Pintar sekali..

"Bantu bagaimana? Mau diapakan lagi, hm?" Yah, sebenarnya Worgan juga bingung. Ia sedang memeriksa berkas yang baru dikirim Riyu dari kantor, hingga tiba-tiba putra mungilnya datang dan meminta bantuan. Jangan lupa bocah itu juga langsung menyeret Worgan walau tenaganya tidak terasa.

"Tidak! Mana boleh minta bantuan seperti itu?!" protes Riusa. Ia menatap garang adiknya yang menampilkan wajah tanpa dosa. Jujur ia tak habis pikir, kenapa otak bocah itu bisa encer sekali? Apa ibunya minum susu bumil yang spesial sewaktu mengandung Tofu?

"Nda? Napa? (Tidak? Kenapa?)"

"Ya tidak boleh, kan yang mau main air itu Tofu.. jadi yang harus berusaha juga Tofu, tidak boleh papa," jelas Riuna menambahkan. Astaga, sekarang bocah itu malah berkaca-kaca ingin menangis.

"Eitss.. kau mau main air?"

Yah, daripada semakin kacau, lebih baik Worgan menengahi anak-anaknya. Pria itu menggendong dan mengelus sayang kepala putra bungsunya, menenangkan supaya tidak ada suara tangis yang terdengar.

"Kemarin sudah main air. Kenapa mau main lagi? Kau bisa sakit, sayang.." ujar Worgan lembut.

Tetapi, berharap pengertian dari Tofu adalah sesuatu yang mustahil. Bukannya tenang, bocah itu malah menangis di pelukan Worgan. Walau bukan tangisan heboh, namun cukup untuk membuat kalang kabut orang-orang di sana.

"Kalian apakan anakku?" Sinuka yang baru kembali dari pasar sontak bingung melihat Tofu yang menangis dan keadaan ruang keluarga yang berantakan. Penuh stik dan lem. Sinuka, pria itu adalah orang yang paling menjaga kebersihan di rumah ini.

"Jangan berkhayal. Dari mana kau?" Tatapan datar Worgan membuat sosok Sinuka yang awalnya ingin mengamuk, jadi cengengesan. Tolong saja, ia sudah tak tahan! Pertama, kesayangannya dibuat menangis. Kedua, ruangan yang baru dibersihkan nya sudah berantakan lagi. Jujur kalau sekedar mengamuk pada si kembar, Sinuka jelas berani.

"Pasar. Hari ini sedang diskon besar-besaran asal kau tau. Aku beli banyak sekali bahan makanan diskon!"

"Kenapa tidak ajak aku?!" Riuna yang notabenenya seorang gadis dan pecinta diskon seperti Sinuka jelas marah. Hari ini memang sedang ada festival lokal yang menyebabkan banyak sekali barang maupun bahan makanan jadi diskon. Kan lumayan?!

The Basement [Dozoura Fam]Onde histórias criam vida. Descubra agora