16th 'Penyesalan

4K 319 7
                                    

"Jadi bagaimana? Kapan kita lakukan?" Hounuga menatap satu persatu orang di sana. Setelah beberapa pertimbangan dan persiapan, akhirnya keluarga itu mendapat strategi yang menurut mereka patut untuk di coba.

Sudah dua minggu lamanya, waktu yang cukup bagi Dozoura mempersiapkan sebuah rencana. Pun mereka diskusi bersama, hingga keputusan itu paling tepat dengan segala pertimbangan resiko yang sudah dipersiapkan.

"Kurasa tunggu seminggu lagi. Hinafuka itu teliti, juga sangat cerdas. Jaga-jaga saja," sahut Worgan. Di sini, yang paling mengenal keluarga Hinafuka adalah pria itu. Walau informasinya juga tak seberapa, namun dialah yang paling banyak tahu ketimbang anggota Dozoura yang lain.

Dengan alasan itu, Louis akhirnya mengangguk setuju akan saran Worgan. Ia juga tak mau ambil resiko yang terlalu besar mengingat mereka juga harus melindungi si kecil kesayangan.

"Pilihan terbaik untuk menunggu. Tapi aku ingatkan lagi, jika situasi berubah sedikit saja, langsung beralih ke rencana kedua meski tak ada perintah. Paham?"

Dengan segala wibawa yang dimilikinya, Louis membuat orang-orang di sana hanya mampu mengangguk tanpa berucap lagi. Tidak salah menjadikan pria itu penerus, karena hanya dirinyalah yang memiliki aura kepemimpinan paling pekat.

"Uhm, ya sudah kalau begitu kami ke bawah duluan. Kami harus masak."

Diva bangkit, diikuti para wanita yang terwakili kata 'kami'. Pertemuan kali ini, bahkan dihadiri Haisa. Wanita itu harus rela meninggalkan Tofu sendiri di kamar saat sedang tertidur.

Peran Haisa cukup penting. Wanita itu pernah membuka usaha toko kue sebelum kelahiran si bungsu. Dan kebetulan dulu, salah satu pelanggan tetap nya adalah para menantu keluarga Hinafuka. Mereka cukup dekat hingga akhirnya Haisa hamil dan kemudian menutup tokonya. Setelah itu, Haisa tak pernah bertukar kabar dengan para wanita Hinafuka tersebut karena memang hubungan mereka hanya sebatas penjual dan pelanggan.

Dengan kebiasaan unik para menantu Hinafuka ketika berbelanja, Dozoura membuat rencana mereka lebih matang. Dan itu meningkatkan persentase keberhasilan bagi keluarga itu.

"Kalian turun lah, jaga buah hatiku."

Mendengar ucapan Haisa yang sudah agak jauh itu, para pria di sana bangkit dengan semangat dan langsung berbondong-bondong menuju lantai bawah. Membuat Worgan yang terdiam di tempatnya hanya mampu menghela nafas berat.

Gagal lagi bermanja ria dengan anak sendiri.

Di lantai bawah, sebelum Haisa menuju dapur, ia pamit untuk menjemput Tofu dulu. Bocah itu harusnya sudah bangun kalau menurut perhitungan Haisa. Beruntungnya, si kecil juga bukan tipe anak yang kalau bangun malah menangis mencari sosok ibu. Tofu itu kalau bangun dan mendapati dirinya seorang diri, yang ia lakukan hanya diam sembari menatap langit-langit untuk menghayal akan datang monster. Lalu saat monster sudah tiba, dirinya akan mengalahkan monster itu kemudian pamer ke orang-orang betapa kuat ia sebenarnya. Sekedar membual karena kesal sering diejek gendut dan cebol oleh kakak kembarnya.

Tapi....

"KYAAAAA!!!!"

...Kalian harus tau pemandangan ketika Haisa membuka pintu kamarnya. Si kecil yang seharusnya masih rebahan itu, sudah duduk dengan benda tajam di tangan. Rambut hitam legam yang tebal, sudah tinggal kenangan dan berserakan di atas kasur. Tontonan seram seakan boneka chaki sedang beraksi.

Mimpi buruk..

"HWAAAA!! MAMAAAA!!!!! Hiks.. hiks..."

Tidak-tidak, bukan Tofu. Itu Haisa yang langsung histeris ketika menghampiri si kecil. Wanita itu lantas mengambil alih gunting kecil dari tangan mungil Tofu, dan memeriksa seluruh tubuh anaknya.

The Basement [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now