19th 'No More!

2.9K 341 11
                                    

Mungkin jantung Haisa bisa membuat rekor sebagai jantung yang berdetak paling heboh. Bagaimana tidak? Saat ini ia sudah memegang tiga botol kecil yang Ranzu berikan. Pria itu mengklaim bahwa si kecil akan baikan minimal tiga hari setelahnya jika Haisa mampu meneteskan obat itu secara rutin. Sementara si dokter sudah hilang entah kemana.

Sepertinya Ranzu trauma berhadapan dengan Tofu kalau masalah medis. Biarlah orang lain saja yang melakukannya.

Sedangkan di sisi lain, Worgan tengah mondar-mandir di kamar sembari menenangkan Tofu yang mulai rewel karena matanya gatal. Diva dan Girbel juga berusaha mengalihkan perhatian si kecil di saat Pellio justru hanya sibuk merekam.

Katakanlah Pellio jahat, tapi ia kepalang gemas melihat si kecil yang saat ini mengenakan sleepsuit lucu. Lagipula tak ada yang bisa dilakukannya. Yah, sejak tadi Pellio hanya memanggil manggil nama Tofu sambil mengabadikan momen yang nantinya akan dikenang.

"Papaaa tayy! Hiks.. tay naa wac.. (Papa gatall! Gatal naa awas..)" Tofu terus merengek namun, Worgan juga dengan tegas tetap menahan tangannya.

Diam-diam Ranzu mengintip dari balik pintu. Tidak tega, tapi sakit juga kalau sampai diamuk makhluk mini itu.. Ranzu memang pecundang.

"Sa, kasih sekarang aja.. kata Ranzu tadi juga 'kan bakterinya berkembang biak sangat cepat, oma takut akan semakin parah kalau ditunda.." Diva menatap menantunya itu yang juga sedang menatap botol-botol kecil obat mata pemberian Ranzu.

Hahh.. rasanya Haisa ingin menyerahkan diri pada Hinafuka saja. Kemudian meminta tolong keluarga itu untuk memanggil dokter hebat agar mata anaknya langsung sembuh tanpa obat. Hinafuka akan luluh pada Tofu 'kan harusnya?! Memangnya siapa yang tidak jatuh hati pada bocah mungil nan menggemaskan seperti putra bungsunya ini?!

Tapi segera pikiran konyol itu ditepisnya. Ia menginstruksikan Worgan agar mendekat untuk segera meneteskan obat mata kepada Tofu.

"Mama obati ya matanya, biar tidak gatal ya? Sebentar aja kok, satu tetes saja.. kan Tofu pintar??" Haisa membujuk si kecil.

Sejujurnya Tofu bukanlah anak yang susah minum obat. Kecuali benda terkutuk macam suntikan, bocah itu sebenarnya gampang kalau disuruh meminum vitamin maupun suplemen. Mau pahit, pedas, masam, atau bagaimanapun rasanya, Tofu tidak terlalu masalah....

"Bat na nda nyum? Pa tu? (Obatnya tidak diminum? Apa itu?)"

...Tapi, ini pertama kalinya ia bertemu obat tetes, jadi matanya terus berkedip ketika moncong obat itu berada tepat di atas mata.

"Tidak perlu diminum, ini ditetes saja dan tidak sakit.." —Girbel.

Tess

Tess

...

"Uh?"

Semua orang tersenyum, sementara Tofu mengerjap beberapa kali. Melihat kondisi yang hening, Ranzu memberanikan diri untuk kembali masuk, berniat memberi tepuk tangan sebagai penghargaan.

Prok....

"HWAAAAAAAAAAAAAAaaaaAAA~"

Yah, nyatanya Ranzu terlalu cepat menyimpulkan.

Kalian bisa bayangkan seorang anak kecil yang tiba-tiba berteriak menangis. Namun, tangisannya bukan tangisan pilu seperti biasa. Tofu menjerit hingga suaranya hilang! Kemudian ada lagi, lalu hilang lagi.

Ya. Cukup untuk menggambarkan betapa tersiksanya bocah itu. Bahkan dalam sekejap kamar Worgan sudah sesak akibat orang-orang yang berlari dengan kecepatan kilat.

Mereka semua terkejut sekaligus panik, termasuk Worgan yang saat itu memangku si kecil.

"HWAA!! Hiks.. hiks... HwaaaAAaaAaaAAA!!"

The Basement [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now