14th 'Cerewet

4.1K 387 7
                                    

Tofu, bocah satu setengah tahun yang sedang dalam masa rewel-rewelnya. Kadang, anak manis itu terserang demam akibat pertumbuhan gigi yang agak kurang teratur. Huh, untuk masalah fisik, Tofu kalah dibanding dengan anak-anak seusianya.

Tapi tenang saja, Tofu kan lebih mementingkan kecerdasan. Ia penganut kerja cerdas, bukan kerja keras. Namun, nyatanya hal itu juga yang membuat orang-orang di sekitarnya agak kewalahan.

Seperti saat ini, Tofu tengah menatap sengit Tom yang diberi tugas menyuapinya. Anak itu berulang kali menolak suapan Tom karena memilih untuk makan roti bayi saja. Masalahnya, si kecil belum makan nasi ataupun sayuran sejak pagi. Dan Haisa dengan pintarnya melemparkan tugas pada salah satu pengikut Tofu supaya ia terbebas dari bocah imut itu. Untuk saat ini, lebih baik hindari saja.

"Kenapa? Makan lah biar boleh main sama mama.."

Sesungguhnya, Tom adalah orang yang paling cuek, paling irit bicara, dan paling anti dengan anak kecil. Tapi, lihatlah apa yang dilakukan pria kulkas itu. Anaknya saja tak pernah diperhatikan namun, malah sangat mengkhawatirkan anak orang lain sampai-sampai bersedia menyuapi makan.

Bukan orang lain juga sih, Tofu kan keponakannya.

"Ndaaa.. na kit Pu? Nak kit.. (mana biskuit Tofu? Mau biskuit..)"

Si kecil kekeh meminta biskuitnya. Sedangkan Tom mulai kebingungan cari alasan.

"Tidak. Harus makan ini baru boleh makan itu." Yah, Tom pun tak berniat mengalah. Jadilah mereka melanjutkan tatapan sengit masing-masing. Ralat, yang satu sengit yang satu lagi sangit.

"Nda! Kokna Pu nak kit! (Pokoknya Tofu mau biskuit!)" Si kecil tetap bersikeras, hingga keributan mereka didengar oleh Worgan yang sedang melintas di dapur.

"Kenapa?" tanya pria itu heran. Tapi tak ayal, ia dibuat gemas dengan ekspresi lucu Tofu. Ingin menganiaya, tapi bisa gawat kalau si kecil malah manja.

"Ais, putramu ini tidak mau makan."

Sebenarnya Tofu sempat terkejut saat suara Worgan terdengar. Dalam hati ia diam-diam bersyukur karena yang datang Worgan, bukan Usa. Bisa habis dia kalau kakak cowoknya itu memergokinya tidak mau makan, baru beberapa hari kemarin mereka berbaikan.

"Tofu mau makan apa hmm?" tanya Worgan lembut. Sedangkan yang ditanyai sontak tersenyum sumringah.

"Kit!" serunya semangat.

Worgan terdiam. Pria itu juga tau, si kecil sejak semalam hanya makan biskuit. Dan semua salah Sinuka yang membeli biskuit kesukaan Tofu terlalu banyak. Anak itu, entah lihat dimana semua biskuitnya padahal Haisa sudah simpan di tempat yang aman.

"Biskuitnya habis. Kak Usa makan."

Setidaknya kalau pakai nama Usa, Tofu tidak akan berani macam-macam. Iya 'kan?

"Ca? Ca mam kit Pu? Napa? (Usa? Usa makan biskuit Tofu? Kenapa?)" heran bocah itu. Matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis dengan bibir melengkung ke bawah.

"Usa lapar, kasihan dia belum makan dari kemarin. Nanti kalau Usa mati, kamu sedih loh.." sahut seseorang yang baru memasuki dapur dan tak sengaja mendengar percakapan si kecil.

Jevanya, istri Ken yang berarti ibu Jean. Wanita itu menghampiri kursi yang sudah dirancang dadakan oleh Ken untuk si kecil. Ia mencolek pipi Tofu yang memantul seperti mochi lantas terkikik gemas.

"Nek? Ca pal? Napa nda mam kan ja? Kit na nyak Pu! (Usa lapar? Kenapa tidak makan ikan saja? Biskuitnya kan punya Tofu!)" Rupanya si kecil masih tidak terima. Ia protes sambil menatap garang si pemberi informasi palsu.

The Basement [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now