26th 'Bergerak

2.6K 294 23
                                    

"Dadaaahh..!!"

Lambaian tangan mungil serta suara yang lucu itu membuat semua tersenyum. Walau nyatanya hati mereka semakin gelisah, namun wajah bulat yang terlihat bahagia itu seolah mampu meredam semua ketakutan. Dengan begitu riangnya, ia mengantar para pria yang hendak berangkat 'bekerja' itu hingga area tangga. Tofu kecil mengira, mereka semua akan bekerja seperti ketika Riyu, Desva, dan Sinuka bekerja.

Awalnya, mereka berencana pergi diam-diam. Tetapi setelah mendengar itu Haisa langsung menolak. Sang ibu tau, anaknya tidak mudah dibodohi. Tofu kecil akan terus menanyakan kemana orang-orang pergi mengingat basement akan kehilangan sebagian besar penghuninya. Tofu pasti merengek, dan itu lebih merepotkan lagi karena mereka tak tau pasti kapan bisa kembali.

Huh, terlebih mereka hanya bisa berangkat di siang bolong. Dimana Tofu yang pagi buta saja sudah bangun.

"Jangan tunggu papa pulang.. kalau waktunya makan, kamu harus makan ya nak.." Sekali lagi Worgan mencium seluruh wajah si kecil yang saat ini digendong Haisa. Ia tak pernah menyangka, setelah belasan tahun hidup dalam ketenangan, hari ini ia sekali lagi akan mempertaruhkan nyawa. Ini pertama kalinya, ia meninggalkan si kecil karena misi. Misi yang teramat berbahaya.

"Uhm! Papa na ngan upa yang na! (Papa jangan lupa pulang ya!)"

Senyuman manis yang polos itu, tak tega rasanya jika harus meninggalkan. Worgan saja tidak tau apakah ia bisa kembali dengan selamat.

Tofu mengayunkan kakinya yang tergantung. Ia menatap satu persatu anggota Dozoura yang sudah siap dan rapi. Lagi, tangan kecil yang bantet itu terangkat untuk melambai pada semua orang.

"Nti Pu tay mam na! Ngan upa mam na! (Nanti Tofu antarkan makanan ya! Jangan lupa makan ya!)"

Huh, entah kenapa dada Haisa terasa sesak. Una, putrinya itu juga ikut serta menyerbu mansion Hinafuka. Ia hanya berharap orang-orang di depannya ini benar-benar bisa kembali dengan selamat.

Sementara Riusa, cowok yang bisanya sedingin kulkas dua pintu bahkan dihadapan si kecil itu tersenyum manis. Senyum yang hanya bisa Haisa saksikan beberapa kali dalam hidupnya. Tuhan, dia belum siap..

"Kami pergi." Dengan senyuman, Girbel memimpin menaiki tangga. Menuju sisi lain lantai atas di basement tempat Worgan menyimpan pesawat pribadinya. Ya, pesawat yang ukurannya lebih kecil dengan kapasitas maksimum adalah lima puluh orang. Pesawat itu tertutup tembok pembatas sehingga lantai pertama basement terlihat cukup sempit jika dibandingkan dengan lantai paling dasar.

Bisa dibayangkan kalau basement itu benar-benar sangat luas dan tentunya mampu menampung seluruh anggota keluarga Dozoura selama ini.

"Mama na, pan yang-yang na yang? (Mama, kapan orang-orang akan pulang?)"

"Hmm? Mereka hanya pergi sebentar kok.."

"Tenanglah sayang.."

(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

Di belahan dunia lain, sosok bocah bersurai terang dengan senyuman manis juga tengah tersenyum di gendongan sang moma. Ia melambaikan tangan kecilnya kepada orang-orang yang akan berangkat 'kerja' itu.

"Ingat! Tetap waspada karena Dozoura bukan keluarga sembarangan. Mereka mungkin sudah banyak tau tentang kita. Tapi, kita sendiri masih kekurangan informasi. Gunakan senjata beracun dahulu, setidaknya mereka akan lumpuh dalam empat jam."

Mendengar penuturan Dexter yang terkesan berbisik itu, Ferbian yang bertugas berjaga di mansion hanya mengangguk. Satu pria sudah cukup mengingat para wanita di keluarga Hinafuka terbilang tangguh. Lagipula, mansion ini tidak diketahui lokasinya oleh siapapun. Seharusnya mereka aman.

The Basement [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now