25th 'Pelaku atau Korban?

2.5K 288 10
                                    

"Kalau semua yang dikatakan Riyu benar, maka saat terbaik untuk keluar adalah di waktu siang."

Suasana hening yang mencekam menyelimuti ruangan itu. Guanda menatap sosok sandera yang hanya menyimak di sudut ruangan. Ya, orang itu belum mati meski terkadang masih disiksa supaya buka suara. Huh, seharusnya sudah aman berdiskusi di depan sandera.. karena Hounuga sejak awal sudah membuang berbagai macam alat pelacak serta penyadap yang tertanam di tubuh pria itu.

Menurut pengintaian Riyu, beberapa anak buah Hinafuka benar-benar masih berjaga dari segala sudut. Mereka tetap waspada meski seharusnya Worgan sudah mengelabui mereka. Dan menurut kesaksian Riyu pula, orang-orang itu lengah ketika siang hari. Dozoura berniat memanfaatkan teriknya sinar mentari untuk menyelinap pergi menyerbu mansion Hinafuka.

Di sisi lain Louis, Desva, dan Riyu akan tetap tinggal di basement untuk menjaga si kecil dan para wanita. Entah bagaimana caranya nanti, Dozoura hanya akan berusaha untuk melakukan negosiasi. Apabila kelak Hinafuka menunjukkan reaksi negatif, maka rencana mereka akan berubah menjadi deklarasi perang dan membantai keluarga itu.

"Berapa sandra yang kita perlukan?" tanya Shuji di sela ketegangan yang melanda.

"Sebanyak yang kalian bisa. Utamakan wanita dan anak-anak mereka yang terlihat lemah," sahut Louis datar. Dirinya selaku kepala keluarga justru tak ikut turun ke medan penyerbuan, itu membuatnya sedikit banyak gelisah. Namun, di sisi lain, basement ini juga terancam. Dan harta yang paling berharga itu tepat berada di sini. Louis lebih gelisah lagi kalau meninggalkan cucu mungilnya yang menggemaskan.

"Kau sungguh tak ikut? Aku bisa tinggal di sini kalau memang perlu, kak. Kau kepala keluarga, dan peranmu sangat penting." Guanda menatap sosok kakak pertamanya itu dengan datar. Terbesit rasa kesal sekaligus iri sebenarnya saat tau kalau Louis akan tinggal dan menjaga si kecil.

"Aku yang akan menjaga Tofu, dan itu mutlak. Ayah akan menggantikanku dan menjadi perwakilan keluarga kita jika Hinafuka bersedia berunding. Jangan banyak membantah!"

Kini, semua tatapan tajam dari banyak pasang manik elang di ruangan itu berubah menjadi tatapan malas yang tertuju tepat ke arah Louis. Semua orang juga tau, kalau pria itu hanya ingin bermanja dan bersantai di rumah. Mencuri kesempatan dalam kesempitan. Yah, itupun kalau seandainya Hinafuka tidak masuk dan menyerang basement ini.

"Cih."

"Papaa!! Mamaa!!!"

Tiba-tiba sebuah suara halus yang lucu menggelegar, mengintimidasi semua orang yang sedang serius itu. Sosok bocah dengan sleepsuit seperti ulat yang menggeliat memanjat pohon muncul dari arah tangga. Ia yang berteriak padahal kakinya saja belum sampai di lantai ini terlihat marah.

Alisnya tertaut. Pipi menggembung, serta muka bulat yang sepenuhnya merah akibat perpaduan kesal, marah, dan lelah jadi satu. Anak itu sudah terlihat segar dan tak tampak lesu seperti orang yang baru bangun kebanyakan.

Hey! Apakah kurang pagi mereka rapat?! Ini masih jam enam, seharusnya si kecil belum bangun dan bisa ditinggal rapat.. 'kan? Perlu diketahui, mereka semua memulai rapat itu sejak pukul tiga dini hari! Sebentar lagi selesai, tapi ternyata keduluan bocah gembul pembuat onar itu.

"Haiss.. kenapa sudah bangun??"

Semua orang menahan diri. Membayangkan si kecil yang menaiki anak tangga satu persatu menggunakan kedua tangan dan kaki mungilnya seperti tempo hari. Sangat menggemaskan! Namun, ngeri juga disaat bersamaan. Mungkin setelah ini akses menuju tangga akan dibarikade oleh Haisa.

"MAMAAA!!! NA BANG YO GIT GIT PI PU!! Mpe yah yah ma! Tit na pi na Pu! Hmmph!! (Mama, tadi abang Pellio gigit pipi Tofu! Sampe berdarah ma! Pipi Tofu sakit tau!)"

The Basement [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now