9th 'Imunisasi yang Kacau

6.4K 529 5
                                    

Lord, tabahkan hati Worgan demi keberlangsungan hidup manusia. Tidak-tidak, pria itu tidak sedang lepas kendali. Tapi, dalam waktu dekat sepertinya ruang bawah tanah itu akan rubuh.

Ya, bagaimana tidak? Si kecil kesayangannya dimonopoli habis oleh Louis. Tolonglah, jika bisa dan berani Worgan sudah pasti menendang pantat pria tua itu.

Kalau memungkinkan, ia juga akan balas menculik keturunannya. Sayang, keturunan Dozoura tak ada yang semanis si putra bungsu. Worgan tidak bernafsu menculik mereka sebenarnya.

"Apa, hmm? Kau mau makan apa lagi?? Atau mau main, sayang?"

Jujur, ingin Tom membuang ayahnya itu ke laut. Ia tak terima ketika pria tua itu yang justru memenangkan hati si kecil. Mereka iri, tapi bisa apa?

Tadi, ketika Haisa akhirnya membawa Tofu ke meja makan, si kecil menatap penasaran keluarga Dozoura yang mengelilingi meja makan. Anak itu bingung, tapi tak punya nyali untuk bertanya.

Saat itu, semua orang terpaku. Mereka tak melanjutkan makan dan malah fokus pada wajah bulat putra bungsu Worgan ini. Sedangkan yang ditatap hanya berkedip lucu. Tak berlangsung lama, karena setelahnya Tofu beralih menatap lapar makanan di meja. Tolong saja, perutnya terus berbunyi sejak berlarian tadi.

Ketika itu, dengan tampang bodoh Shuji bersuara, "dia, anak siapa?" Yang langsung disahut cepat oleh Desva dan Sinuka secara serentak.

"Anak ku!"

"Anak ku."

Tentu, kedua pria itu langsung bertingkah bodoh tepat sesudahnya karena ditatap tajam oleh Worgan dan Riyu.

Di sisi lain, Guanda memegang janggut tipisnya dan mendekatkan wajah ke arah Tofu yang sedang berdiri di paha sang ibu. Guanda duduk tepat di sebelah Haisa, jadi pria itu memiliki akses yang instan.

"Hai kecil, siapa ayahmu nak?" tanya Worgan gemas. Ia ingin dengan percaya diri merebut anak itu, tapi takut-takut kalau ternyata Tofu bukan cucunya. Bisa saja anak Riyu karena Worgan sudah dua tahun tidak berkunjung ke kediaman Worgan.

Tapi, persetan anak siapa. Guanda benar-benar kepalang gemas dan hampir bablas menganiaya bocah gembul itu kalau tidak ingat dirinya tidak berbakat mengurus anak kecil. Takut saja Tofu langsung histeris ketika direbutnya.

"Papa," jawab Tofu seadanya. Yang lain? Tepuk jidat. Tidak salah tapi bukan berarti benar juga.

"Ahhahaha.. yang mana papamu?" Kali ini Kenvaro yang duduk di seberang Tofu yang bertanya. Pria ganas itu, menatap lekat bocah mini yang sedang menempel ke inangnya.

"Tu, papa na Pu." Tofu menunjuk Worgan yang berada di sebelahnya. Masih dengan wajah polos, bocah itu mulai mengerucutkan bibirnya kesal. Alhasil, pipi bulatnya semakin membesar asal kalian tau. Hal itu membuat beberapa wanita di sana terkikik geli.

Apa yang membuat Tofu kesal? Ya karena dia sudah lapar bukannya diberi makan malah ditanya-tanya. Tofu jadi berpikir, kalau dia mengamuk, apakah Haisa akan marah? Si kecil tidak mau membuat ibunya marah lagi. Ia tidak rela kalau makan siangnya kembali tertunda.

"Mama, Pu pal.. nak mam yeh? (Mama, Tofu lapar.. mau makan boleh?)"

Katakan, siapa yang tega menolak permintaan kecil itu? Haisa terkekeh sebelum akhirnya mendudukkan Tofu di pangkuan Worgan. Sementara ia mengambil makanan bocah itu dari pantry dapur.

Tofu tenggelam. Orang-orang hanya bisa melihat separuh kepalanya ketika dipangku Worgan. Sayangnya, di ruang bawah tanah Worgan tidak menyiapkan kursi khusus si kecil. Dan kemarin, ketika kericuhan terjadi, tak ada yang sempat membawa kursi itu. Bahkan semua asi dan alat pompa asi milik Haisa juga tak diselamatkan. Alhasil, selama di bawah tanah Tofu hanya bisa menyusu langsung dari ibunya.

The Basement [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now