23rd 'Kenapa yang Meresahkan

2.7K 310 8
                                    

"Mama na, napa kanna nda yan yak Pu? Nda kit kah kanna nang yus? (Mama, kenapa ikannya tidak jalan-jalan kaya Tofu? Tidak sakit kah ikannya berenang terus?)"

Kembali lagi dengan si cerdas Tofu. Bocah yang pemikirannya sangat kritis ini heran melihat ikan pagi siang malam terus berenang di air. Sedangkan ia? Lima menit bermain air saja sudah pasti dijemput sang papa kemudian diselimuti sambil dipeluk di kamar. Yang ada, Tofu malah kepanasan akibatnya.

"Kan memang ikan hidupnya di air sayang.. kalau gak di air, nanti mati. Kalau mati, masuk deh ke minyak di wajan mama," sahut Haisa sabar. Yah, bagaimana lagi? Suka tak suka ialah yang paling banyak ditanyai oleh si kecil. Bahkan tak jarang orang di rumah melemparkan pertanyaan dari Tofu padanya.

"Jan mama? Yeng? Kan na di yeng? (Wajan mama? Goreng? Ikannya digoreng?)"

Haisa mengangguk saja. Padahal, siapa juga yang mau goreng ikan cupang yang tubuhnya saja sangat mini seperti si bungsu itu.

Melihat wajah bulat dengan mata lucu yang tetap menatapnya penasaran, Haisa tak mampu menahan diri untuk tidak menciumi pipi gembul itu. Anaknya menggemaskan sampai jadi rebutan, tapi kadang menyebalkan juga kalau diingat-ingat.

Pernah suatu hari, ketika Tofu bermain di halaman bersama si kembar dan Desva. Saat itu, Haisa sedang melayani suaminya yang entah kerasukan apa tiba-tiba minta jatah di siang bolong. Siapa sangka, Tofu tiba-tiba mendorong pintu yang memang tidak dikunci itu sambil menangis. Beruntung Haisa masih pakai baju. Dan yang kasihan adalah Worgan karena gagal beraksi.

Ketika ditanya perihal dirinya yang menangis, Tofu rupanya kesal karena Desva memakai kolor berwarna pink neon. Kata Tofu, kolor itu milik papanya dan Desva dikira mencuri pakaian Worgan. Tidak tau saja si kecil kalau Haisa beli kolor itu memang sekaligus banyak karena diskon. Semua laki-laki di rumah dapat bagian satu-satu dan kebetulan milik Worgan dan Desva sama-sama pink menyala.

Kembali ke saat ini. Tofu yang digendong Haisa sudah berpindah tangan pada Pellio. Wanita itu harus memasak, kalau melayani Tofu lebih lama lagi, bisa-bisa mereka kelaparan.

"Abang Yo.."

"Kenapa, hm?"

"Nda, giy ja.. (tidak, manggil saja..)"

Pellio menghela nafas, sementara Una tertawa renyah menyaksikan itu.

Terkadang, anak cerdas juga punya sisi tidak jelas.

"Epaa.."

"Kenapa? Cuma manggil?"

"Ndong! (Gendong!)"

Berbanding terbalik dengan sang cicit, Girbel malah sumringah. Untuk sekarang, keberuntungan berpihak padanya.

"Astaga manisnya cucuku ini.. Diagra, bagaimana cara membuatnya? Kenapa kau bisa menghasilkan sesuatu yang sangat berkualitas?!" Perlu diketahui, Girbel sendiri tak sadar mengucapkan semua kalimat itu. Yang asik dilakukan oleh si pria tua hanyalah menciumi pipi tembam Tofu yang mulai merah karena dicium sejak tadi. Kalau tidak dicium, ya dicubit.

"Kenapa Tofu sayang? Merindukan epa mu hmm???"

Tofu sih senyum manis saja. Tidak tau ia kalau sedikit senyumannya bisa membuat buyar fokus satu ruangan.

"Jangan serakah begitu, duduklah dan biarkan aku menikmatinya juga."

Sosok wanita tua berujar ketus dari arah sofa. Diva jengah melihat suaminya sibuk menikmati buah cinta Worgan dan Haisa seorang diri. Sekaligus iri karena seharian ini ia belum memegang si mungil sama sekali.

Huh, untung dia sudah tua. Jadi, ia tak perlu ikut bergotong royong masak di dapur.. kan jadi bisa leha-leha bersama si kecil.

"Kenapa senyum-senyum begitu?" Tidak seperti Girbel yang pangling, Diva justru curiga dengan senyuman itu. Ia tau betul kalau belakangan mood si kecil sedang berantakan. Akibat tak bisa bermain keluar, anak itu jadi sering ngambek tidak jelas. Ya, sudah terhitung lima hari belakangan.

The Basement [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now