15th 'Ayam

4.1K 345 7
                                    

Pagi yang cerah. Hari kesekian keluarga Dozoura mendekam di bawah tanah. Tanpa sinar matahari, bisingnya alam, dan udara segar. Pendingin ruangan bekerja, tapi tentu berbeda rasanya dengan menghirup udara bebas secara langsung di luar sana.

Keadaan itu tentu membuat Haisa dan Worgan sedikit was-was dengan kesehatan si kecil. Biasanya mereka melarang Tofu bermain keluar dengan berbagai alasan namun, kini mereka harus susah payah memikirkan jalan keluar.

Ditengah situasi itu, logikanya mereka yang harus menahan diri agar tetap waras adalah hal yang lumayan sulit. Tapi, berkat kehadiran sosok mungil yang rusuh, rasanya dengan senang hati mereka akan bersembunyi sampai kapanpun. Menyaksikan segala kekonyolan Tofu adalah penghibur diri yang mujarab. Apalagi dapat berinteraksi langsung bersama si bocah, bisa lupa dunia.

Namun, Dozoura juga tidak serta merta dapat tenang menikmati tingkah lucu dan menggemaskan kesayangan mereka. Ada harga yang harus dibayar. Seperti....

"Na opa? Yam na nti Pu yangi, yak mama yangi Pu! Nda dih kok, Pu ji! (Ya opa? Ayamnya nanti Tofu sayangi, kayak mama sayangi Tofu! Nggak sedih kok 'ayamnya', Tofu janji!)"

...Rengekan di luar kendali.

Guanda yang diajak bicara, atau lebih tepatnya sasaran empuk Tofu kali ini harus banyak bersabar. Sebab, dirinya hanyalah pelarian disaat pelaku utama justru kabur setelah menimbulkan ide gila di kepala Tofu.

Siapa orang itu? Shuji! Adik Worgan yang mencuri kostum anak ayam dari dalam tas Vena.

Vena sendiri sebenarnya tidak sadar bahwa ia membawa kostum itu karena ia hanya menyambar tasnya asal kemarin. Kostum yang dibelikan Guanda saat umurnya satu tahun, tapi tidak pernah dipakai hingga sekarang. Shuji yang melihat itu lantas mengambil kesempatan. Diam-diam ia menculik Tofu lalu memakaikan si kecil kostum lucu.

Dan Guanda tidak pernah menyangka bahwa kostum pesanannya akan berakhir menggemaskan di badan sang cucu. Yah, walau bayarannya ia harus menghadapi rengekan si bocah.

"Tidak sayang.. nanti tapi opa belikan ya? Nanti kita rawat sama-sama anak ayamnya, bagaimana?"

Sebenarnya sangat mudah mendapatkan anak ayam untuk Tofu. Tapi masalahnya, bocah itu menginginkan anak ayam sekarang. Ayam mana yang hidup di bawah tanah?! Dan mana mungkin ada penjual atau peternak di bawah tanah seperti ini?!

"Pan? Pu nak yat yam ayto! Yus di cay nak jak-jak mi! (Kapan? Tofu mau lihat ayam salto! Terus jadi besar mau injak-injak bumi!)" Vena yang sedang dipangku Girbel terbelalak. Ia menatap adik kecilnya yang sedang berdiri di depan Guanda sembari mendongak untuk meminta ayam.

"Ayam? Besar? Salto?" beo gadis kecil itu. Sedangkan Girbel tertawa renyah menyaksikan wajah anak bungsunya yang seperti lelah hidup. Hidup segan, mati menolak keras.

"Siapa bilang ayam bisa salto?" sahut Guanda lesu. Sejujurnya ingin sekali pria itu membawa si kecil ke pangkuannya, tapi Tofu enggan dengan bilang bahwa ayam kan kuat, tidak suka digendong. Padahal nyatanya tidak ada yang mau gendong ayam karena bau.

"Yah! Yah yang. (Ayah! Ayah bilang.)"

Lagi-lagi Tofu tersenyum sumringah. Ia teringat momen ketika diceritakan betapa hebatnya ayam oleh Shuji. Tofu jadi terobsesi dan bercita-cita ingin menjadi ayam suatu hari nanti. Dan Guanda yang mendengarnya seakan tak bisa berkata-kata lagi.

"Shuji!" Pria itu memanggil anak keduanya yang entah melarikan diri kemana. Menurut perhitungan Guanda, Tofu sudah tak bisa ditangani oleh orang amatiran seperti dirinya. Sementara ia memanggil Shuji, yang datang justru malah sang istri.

"Ada apa sih? Ribut!" kesal Lunar dari arah belakang. Wanita itu masih belum tau bahwa Tofu juga berada di sana. Dan si kecil jugalah penyebab keributan di pagi hari ini.

The Basement [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now