7th 'Keributan di Pagi Hari

5.8K 539 10
                                    

Pagi-pagi sekali Una sudah berada di depan pintu kamar ayah ibunya. Seharusnya niat gadis itu adalah menyambut Tofu kalau saja kehidupan mereka seperti biasa. Namun, kali ini ia didesak oleh Usa untuk menyerahkan surat yang kemarin ia terima.

Jujur saja Una gelisah. Surat yang dipegangnya bukanlah suatu kebanggaan. Bisa jadi setelah menerima surat ini, Worgan akan mengamuk seperti gorila lepas. Yah, walau pria itu tak pernah benar-benar marah kepada anak-anaknya.

Sedangkan di sisi lain, saat ini Tofu masih nyaman berkelana dalam mimpi. Tetapi yang menjadi masalah adalah, posisi tidur bocah itu. Ia tanpa sengaja telungkup di atas wajah Worgan, membuat pria itu kesulitan bernafas hingga akhirnya terbangun sejak dua jam yang lalu. Sementara Haisa baru membuka mata sekitar sepuluh menit lalu, langsung tertawa saat mendapati putra bungsunya bertingkah dalam tidur.

Walau awalnya terkejut karena tak mendapati Tofu, tetapi setelah mengetahui bahwa anak itu nemplok manis di wajah sang ayah membuat Haisa tak bisa menahan tawanya.

"Bersabarlah sayang, seharusnya dia sadar sebentar lagi.."

"Hmmnggh! Hmm hnghh.."

Suara aneh itu berasal dari seorang Worgan yang dipaksa bungkam oleh tubuh bulat anaknya. Ia ingin protes, tapi tak bisa. Terlebih istrinya itu tidak terlihat berminat untuk menolongnya. Doakan saja ia masih hidup dua puluh menit lagi.

Tak berselang lama setelah suara aneh Worgan, Tofu menggeliat hingga terjatuh ke sisi kepala Worgan. Anak itu terbangun, tapi nyawanya masih melayang dimana-mana. Atau mungkin malah masih tertinggal di alam mimpi.

"Hoaamhh.. ma?" Dengan sekuat tenaga bocah itu mengambil posisi merangkak. Matanya sipit, dan ia belum menyadari bahwa orang yang dicarinya padahal berada tepat di sampingnya. Tofu belum fokus.

"Hey hey.. mama di sini, ada apa? Mimpimu indah?"

Jika orang lain biasanya susah lelap di tempat asing, maka Tofu kebalikannya. Dapat Haisa lihat, bocah itu benar-benar tertidur pulas semalam. Bahkan mungkin ia memimpikan sesuatu yang indah.

"Ma, cucu.."

Haisa lantas mengambil anaknya yang berada di dekat Worgan dan menaruh Tofu dalam posisi siap menyusu. Ketika baru disodorkan, bocah itu langsung melahap susu ibunya. Worgan yang menyaksikan itu tak bisa menahan gemas. Padahal dulu ketika Haisa menyusui si kembar, Worgan terlihat tak suka karena iri menguasai.

Karena tak tahan, ia mencium pipi bulat lembut yang sedang menggembung lucu itu. Tapi tak berlangsung lama, karena dengan cepat Tofu menahan wajah Worgan menggunakan tangan mungilnya.

Setelahnya bocah itu juga dengan berani menatap tajam sang ayah. Sembari menghisap susu, ia seolah menusuk ayahnya melalui tatapan maut itu. Oh! Tangannya juga terkepal tanda kesal dan alisnya bertaut untuk mendukung ekspresinya. Sedangkan Worgan bukannya mengalah, justru ikut melakukan hal yang sama.

Perbedaan paling mendasar dari kedua orang itu di pose yang sama adalah, satunya sukses tapi satunya lagi gagal total.

"Ahahahahhahahahahaha!!" Dan Haisa hanya mampu tertawa menyaksikan wajah lucu putranya yang baru bangun sudah dibuat kesal.

Tofu melepaskan susu ibunya, lantas duduk dan kembali menghadap ke arah Worgan. Anak itu masih kesal karena acara menyusu paginya diganggu Worgan yang kurang kerjaan. Jadi, ia dengan penuh percaya diri mengembalikan pose tadi dan menatap garang ayahnya.

"Napa gu? Papa na ja! Wal! (Kenapa ganggu? Papa sana saja! Keluar!)" ujar bocah itu lantang. Bibirnya cemberut tapi langsung disumpal dengan pacifier oleh Worgan.

Astaga, ingatkan Haisa bahwa semalam seseorang kebingungan mencari ayahnya yang tak kunjung datang.

"Kalau papa tidak mau? Apa yang akan kau lakukan, hah?! Papa sedang gemas, tidak bisa diganggu!" balas Worgan tak kalah lantang. Saking nyaringnya, Una yang sedang menguping dari luar jadi tersentak.

The Basement [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now