20th 'Emosi

3.1K 340 11
                                    

Sudah dibilang Tofu adalah biang kehebohan. Padahal sudah tiga hari sejak ia mulai diberi obat tetes mata namun, anak itu belum juga terbiasa. Seperti saat ini, semua orang untuk yang entah keberapa kalinya berlarian heboh. Mencari sesuatu apa saja yang bisa mengalihkan rasa perih di mata si kecil.

"Tofu, nih meongnya chichi mau salaman sama Tofu~" Yah, pemenang kontes kali ini adalah Riyu yang berhasil menangkap kucing kesayangannya kemudian menyodorkan tangan kucing itu pada si kecil. Namun, sampai duluan bukan berarti bisa menghentikan tangis itu.

Tofu yang berada di gendongan Girbel hanya melirik, tak berminat untuk main dengan si hewan berbulu lebat. Huh.. padahal Tofu biasanya susah payah mengejar kucing itu.

"Nda! Hwaaaa!!!! Hiks.. hikss.."

"Eitss.. udah udah, cup.. sayang.." Girbel pun tak tinggal diam. Ia mengelus punggung cucu mungilnya sembari mengecup berulang kali wajah bulat yang sudah lembab itu.

Tofu sebenarnya tidak akan menangis lama, tapi semua orang tetap heboh seperti biasa.

"Epa.. hiks.. nda mau hiks..." Tofu menatap sedih pada Girbel, dan sesaat kemudian kembali menjatuhkan kepalanya ke pundak pria tua itu.

Siapapun yang melihat anak itu pasti merasa sedih, tapi juga lucu disaat yang bersamaan. Bocah yang biasanya sangat nakal itu, sudah tiga hari belakangan jadi lesu. Ia tersiksa setiap saat karena kepikiran kapan waktunya akan menderita lagi. Ya, Tofu trauma.

Si gembul manis ini trauma menantikan waktu meneteskan obat mata itu tiba. Rasa-rasanya sudah tak sanggup lagi ia hidup di bawah tekanan seperti ini.

Yang lain iba, tapi bagaimana? Wajah si kecil terlalu kocak untuk tidak ditertawakan.

"Hwaa! Pu na pek! Hiks.. Pu nda mau bat gi, Pu na kit.. hiks.. hiks.. bat na wang ja, pu kay di pan yak pah! Hiks.. yus pu wang ke aut yak nak kay hiks.. nak kay yang di wang ke aut naa.. hwaaa!! (Tofu tuh capek! Tofu tidak mau obat lagi, Tofu tuh kesakitan.. obatnya dibuang saja, Tofu bakar di depan kayak sampah! Terus Tofu buang ke laut kayak anak nakal.. anak nakal yang di buang ke laut!"

Ya Tuhan, sepertinya mustahil untuk tidak tertawa mendengar curahan hati si kecil. Anak itu mengomel, mengandaikan obat itu dengan segala sesuatu yang buruk seperti sampah dan anak nakal. Tofu benar-benar dendam pada si obat.

"HAHAHAHHA.. aduh, iya iya nanti obatnya kita buang ya? Nanti opa tembak obatnya sampai mati, bagaimana?" Louis menyahut. Ia tak habis pikir, darimana anak sekecil Tofu belajar kata-kata rumit itu? Apa ia terlampau benci dengan obat? Spontanitas yang menakjubkan.

"Pfftt.."

Dan untuk yang kedua kalinya pula orang-orang melihat Usa tertawa. Semuanya karena kelakuan si kecil yang ajaib!

Huh.. masih ada satu sesi lagi, dan mereka harus mencari cara bagaimana agar anak itu mau ditetesi obat.

"Hiks.. nti Pu yang mbak na, opa? Hiks.. (nanti Tofu yang tembak ya, opa?)"

"Hahahahhahahahah... Iya nanti Tofu yang tembak." Biarkan sajalah. Kalau ditagih nanti, baru ia akan pikirkan caranya.

"Ya sudah, mau makan nda? Mama harus masak apa ni?" Haisa mengambil alih bocahnya yang masih sesekali terisak itu. Jujur saja, Tofu jadi jauh lebih manja tiga hari terakhir. Biasanya, kalau hanya sekedar demam anak itu akan lebih banyak tidur. Tapi tidak kali ini, Tofu malah rewel dan emosian. Serta minta digendong setiap saat.

Yang lain sih sangat amat bersedia. Menggendong bocah manis itu adalah hiburan eksklusif.

"Mama, Pu nak dang na? Hiks.. (Mama, Tofu mau udang ya?)" ujar si kecil pelan. Dan Haisa pastinya mengangguk setuju saja. Beruntung nafsu makan Tofu sejak sakit itu tidak berkurang barang sedikit pun, jadi ia tak perlu bingung.

The Basement [Dozoura Fam]Where stories live. Discover now