12 (Flashback)

166 30 0
                                    

Happy Reading

"Aku kenapa, ya? Akhir-akhir ini suka sakit kepala?"

"Suka kok sama sakit kepala. Suka itu sama orang."

Ya, ya, ya, aku hanya mengangguk mendengar candaan Tara. Sebenarnya itu untuk menghiburku. Aku lebih tahu kalau Tara lebih sakit dariku. Lebih parah malah. Contohnya saja kemarin. Sakit kepala terus mual-mual sampai muntah. Mana di sekolah. Akhirnya Tara seharian tidur di UKS.

Kami sudah kelas 3 SMP. Empat tahun bersama. Apalagi semenjak masuk SMP kami satu sekolah dan satu kelas. Ajaibnya kami sekelas terus tidak pernah berpisah.

Kalau kalian tanya apa aku ada perasaan pada Tara. Jelas jawabannya iya. Tara mirip Mama. Tahi lalatnya itu selalu bisa membuatku tersenyum malu. Tidak tau kenapa.

"Kamu udah ngerjain tugas bahasa Indonesia belum?" tanyaku pada Tara.

Nyut. Ah, kepalaku tiba-tiba sakit. Aku memijitnya pelan. Sambil melirik pada Tara yang sudah menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangan.

Dari gelagat Tara, sepertinya belum. Aduh, ini kepalaku makin sakit. Akhirnya aku juga ikut menenggelamkan kepala seperti Tara. Berharap saja begitu bangun rasanya sudah hilang.

—IMPERFECT—

Silau. Begitu bangun cahaya lampu langsung menerpa wajahku. Rasanya ini bukan di kelas. Aku kan tadi di kelas? Lalu ini di mana?

Dinding putih. Dingin. Bau obat. Oh. Rumah sakit.

Tunggu. Kenapa aku di rumah sakit? Tadi kan sedang tertidur di kelas. Kenapa bisa di rumah sakit?

Aku melirik samping. Ada Tara. Aduh. Ini kenapa lagi? Kenapa Tara juga berbaring di situ. Aku dan Tara seperti orang sakit saja.

Apa karena sakit kepala? Sakit kepala seperti apa yang membuat aku dan Tara sampai masuk rumah sakit. Aneh aneh saja.

Cukup lama aku memandang sekeliling ruangan. Memperhatikan orang-orang yang terus berlalu lalang. Karena ini UGD, jadi selalu saja ada yang lewat. Entah pasien atau dokter atau perawat. Ada mungkin 10 menit, akhirnya ada yang aku kenal datang. Mama dan Papa.

Tapi mata Mama sembab. Seperti habis menangis. Aduh, ini aku jadi kepikiran. Apa aku sakit parah? Atau ada kabar buruk sampai Mama menangis. Apalagi mengingat Mama bukan orang yang gampang menangis.

Mama tersenyum tipis padaku. Setelahnya ia mengusap kepalaku. "Besok jangan sekolah dulu, ya?"

Aku mengangkat alis. "Kenapa memang? Theo sakit parah, Ma?"

Mama menggeleng. Masih dengan mengusap kepalaku. "Mama harap enggak. Besok bakal diperiksa dulu."

"Tara enggak diperiksa juga 'kan?"

Kali ini Mama diam. Usapan di kepalaku juga berhenti. Mama memandang sendu. Air mata menggenang di pelupuk matanya. "Tara juga."

"Tara juga? Memang Tara sakit apa? Sama kayak aku?" Aku jadi panik. Nyut. Sakit itu datang lagi. Aku meremas rambutku menahan sakit.

Mama panik. Berteriak memanggil Papa. Kemudian Mama berbicara sambil memegang tanganku. Aku tidak mendengar jelas Mama berbicara apa, tapi yang pasti Mama perlahan melepaskan tanganku yang meremas rambut. Mungkin kata-kata penenang.

(end) imperfect - Taerae Where stories live. Discover now